Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perkuat Retrosesi, Kapasitas Reasuransi Dalam Negeri Perlu Ditingkatkan

Indonesia saat ini masih mengalami keterbatasan kapasitas reasuransi. Hal tersebut menjadi salah satu faktor belum maksimalnya retrosesi dalam negeri.
Ilustrasi perlindungan reasuransi. /istimewa
Ilustrasi perlindungan reasuransi. /istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Perputaran premi retrosesi di dalam negeri dinilai perlu ditingkatkan untuk memaksimalkan retensi industri reasuransi. Meskipun begitu, retrosesi ke luar negeri tetap diperlukan untuk penyebaran risiko.

Pengamat asuransi serta Mantan Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Hotbonar Sinaga menjelaskan bahwa saat ini masih terdapat keterbatasan kapasitas reasuransi. Hal tersebut menjadi salah satu faktor belum maksimalnya retrosesi dalam negeri.

Belum maksimalnya kapasitas reasuransi itu menurutnya bisa berpengaruh terhadap daya saing retrosesi, salah satunya terkait tarif sesi. Dengan hukum bilangan besar, industri reasuransi dengan kapasitas maksimal bisa memberikan tarif sesi yang lebih kompetitif, sehingga produk retrosesinya menjadi menarik.

"Tidak hanya saat pandemi [Covid-19] ini, all the time kapasitas reasuransi dalam negeri harus ditingkatkan. Selain pertimbangan bisnis, diperlukan semangat merah putih juga untuk menjaga devisa agar tidak lari ke luar negeri," ujar Hotbonar kepada Bisnis, Minggu (2/8/2020).

Dia menilai bahwa pembentukan holding asuransi dan penjaminan oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dapat meningkatkan kapasitas industri reasuransi. Hal tersebut terjadi sering meningkatnya paid up capital asuransi

"Setahu saya modal setornya total bisa mencapai Rp60 triliun, jumlah itu amat besar lho. Kapasitas [industri reasuransi] akan meningkat, sehingga retensinya pun akan maksimal," ujarnya.

Hotbonar yang juga merupakan Mantan Direktur Utama Jamsostek menilai bahwa retrosesi memang tidak boleh dilakukan sepenuhnya dilakukan di dalam negeri. Penempatan ke luar negeri tetap diperlukan sebagai bagian dari penyebaran risiko.

Selain itu, sejumlah lini bisnis pun menurutnya tetap memerlukan retrosesi di industri yang memiliki pengalaman dan kapasitas sangat besar. Beberapa lini bisnis itu di antaranya asuransi energi, penerbangan, dan satelit, yang memiliki risiko besar.

Penempatan retrosesi ke luar negeri pun menurutnya membuat industri reasuransi bisa mempelajari pengalaman dari industri-industri yang lebih maju di luar negeri. Selain itu, semangat timbal balik pun dapat tumbuh, dengan harapan terdapat aliran retrosesi yang masuk ke Indonesia.

"Kita sudah harus mulai belajar untuk lini bisnis-bisnis tadi, kalau bisa melalui kerja sama dengan sesama negara Asean. Prinsipnya memang jangan menyimpan telur dalam satu keranjang, tapi penuhi dulu kapasitas di dalam negeri," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper