Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investasi Dana Pensiun di SBN Mendominasi, Ikut Dukung Ekonomi di Masa Pandemi

Penempatan dana dapen di instrumen SBN tercatat paling dominan, yakni senilai Rp52,7 triliun atau mencakup 28,93 persen aset investasi.
Dana pensiun/Istimewa
Dana pensiun/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Penempatan dana 'jumbo' jangka panjang di instrumen surat berharga negara atau SBN menjadi salah satu langkah kunci dari industri dana pensiun dalam mendorong perekonomian, khususnya dalam kondisi pandemi Covid-19.

Direktur Eksekutif Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) Bambang Sri Muljadi menjelaskan bahwa penempatan dana di instrumen tersebut memang merupakan fitrah dari industri dana pensiun (dapen) yang bersifat konservatif. Meskipun begitu, industri akan tetap menjaganya dalam kondisi krisis.

Menurut Bambang, dana yang dikelola industri dapen bersifat jangka panjang karena dikumpulkan dan dibayarkan dalam waktu yang relatif lama. Dana itu pun dapat dimanfaatkan oleh pemerintah sebagai motor pertumbuhan ekonomi dan menunjang berbagai kepentingan perekonomian.

"Industri akan tetap konsisten menempatkan investasinya di SBN agar dapat digunakan untuk mendukung pembangunan infrastruktur. Dapen sebagai investor tentu saja ikut berinvestasi pada sektor-sektor yang diperkenankan pemerintah, sehingga ikut mendukung pertumbuhan ekonomi nasional," ujar Bambang kepada Bisnis, Rabu (12/8/2020).

Berdasarkan Statistik Dana Pensiun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang diolah Bisnis, pada Juni 2020 total aset investasi industri dana pensiun mencapai Rp182,32 triliun. Jumlah itu terdiri dari aset program pensiun manfaat pasti (PPMP) senilai Rp148,41 triliun dan program pensiun iuran pasti (PPIP) senilai Rp33,9 triliun.

Dari total investasi itu, penempatan di instrumen SBN tercatat paling dominan, yakni senilai Rp52,7 triliun atau mencakup 28,93 persen aset investasi. Setelah itu, terdapat aset obligasi dan sukuk senilai Rp28,14 triliun (28,14 persen), deposito Rp22,15 triliun (12,15 persen), saham Rp21,3 triliun (11,68 persen), serta reksa dana Rp9,46 triliun (5,19 persen).

Bambang pun menjelaskan bahwa dalam kondisi krisis seperti saat ini, industri dana pensiun terus berupaya menjaga ketenangan para investor sehingga tidak panik. Industri tidak melakukan penebusan portofolio secara besar-besaran.

Selain itu, ADPI pun memastikan anggota-anggotanya tetap menjaga likuiditas dana melalui penempatan di instrumen deposito berjangka. Likuiditas menjadi isu penting karena pembayaran manfaat harus tetap terjaga meskipun dalam kondisi perekonomian yang sulit.

"Apabila industri dana pensiun berkembang pesat, maka dananya cukup besar dan dapat diinvestasikan ke beberapa sektor. Tentu saja itu akan mendukung kesehatan emiten, lalu akan mendorong penyerapan tenaga kerja, sehingga turut menunjang pertumbuhan penghasilan individu," ujar Bambang.

Dia menjelaskan bahwa industri dana pensiun memiliki peran sentral dalam menjaga kesinambungan penghasilan masyarakat pensiunan. Hal tersebut membuat penduduk berusia tua dapat tetap menjaga kualitas hidupnya dan menjaga tingkat konsumsi sehingga turut berpengaruh terhadap perekonomian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper