Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. lebih realistis dalam memperkirakan kinerja pada tahun ini seiring dengan strategi perseroan pada penyelamatan dan pemulihan usaha mikro kecil menengah.
Direktur Utama BRI Sunarso bahkan mengakui perseroan akan sulit untuk mencetak laba bersih Rp20 triliun sampai akhir tahun.
Sunarso menjelaskan, selama paruh pertama tahun ini, BRI hanya mampu mencetak laba Rp10 triliun, seiring dengan pendapatan bunga bersih yang terpangkas akibat program restrukturisasi kredit yang terdampak pandemi Covid-19.
Pada paruh kedua tahun ini, tekanan pada pembentukan laba diperkirakan masih akan berlanjut. Pasalnya, lanjut Sunarso, emiten bersandi BBRI ini akan mengambil langkah konservatif dalam peningkatan pencadangan mengingat kondisi perekonomian yang masih penuh ketidakpastian.
“Proyeksi laba tetap turun, kalau selama satu semester ini bisa mencapai Rp10 triliun, nanti apakah dua semester jadi Rp20 triliun? Ya tidak juga. Kami masih perlu membuat pencadangan. Namun kami ini lagi berbicara sama OJK (terkait revisi bisnis bank), nanti kami informasikan lebih lanjut,” katanya, Rabu (19/8/2020).
Lebih lanjut, dia mengatakan penurunan laba juga diakibatkan fungsi intermediasi yang memang tidak terlalu agresif. Namun, pertumbuhan kredit BRI diperkirakan masih akan bertahan di kisaran 4% hingga 5% sampai akhir tahun ini.
Perseroan masih optimistis memanfaatkan permintaan kredit tambahan modal kerja dari para pelaku UMKM sekaligus ekspansi kredit dari insentif yang telah diberikan pemerintah.