Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank BTN Target Penyaluran Kredit PEN Capai Rp9 Triliun

Direktur Utama BANK BTN Pahala Nugraha Mansury mengatakan penyaluran kredit dari program penempatan uang negara hingga awal Agustus 2020 telah menyentuh lebih dari Rp5 triliun.
Foto udara perumahan di Kawasan Ciwastra, Bandung, Jawa Barat, Rabu (17/6/2020). Bisnis/Rachman
Foto udara perumahan di Kawasan Ciwastra, Bandung, Jawa Barat, Rabu (17/6/2020). Bisnis/Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. menargetkan penyaluran kredit dari program penempatan uang negara akan mencapai Rp8 triliun hingga Rp9 triliun pada akhir bulan ini.

Direktur Utama BANK BTN Pahala Nugraha Mansury mengatakan penyaluran kredit dari program penempatan uang negara hingga awal Agustus 2020 telah menyentuh lebih dari Rp5 triliun.

Saat ini BTN pun mendorong kerja sama dengan berbagai pihak hingga mengadakan Indonesia Property Expo 2020 untuk mendorong penyaluran kredit. Perseroan juga memberikan penawaran lain seperti tingkat suku bunga yang rendah, hingga bebas biaya provisi dan diskon asuransi jiwa.

"Kita akan berikan berbagai penawaran khsusus dan istimewa. Yang sudah dikenal ada KPR Merdeka, di mana kita salurkan kredit dengan tingkat suku bunga 4,17% dengan persyaratan-persyaratannya yaitu salah satunya adanya payroll nasabah yang akan beli rumah," katanya dalam Acara Pameran Indonesia Property Virtual Expo 2020 - Bank BTN, Sabtu (22/8/2020).

Sekretaris Kementerian BUMN Susantyo mengatakan penempatan uang negara senilai Rp5 triliun pada Bank BTN merupakan bentuk keyakinan bahwa sektor perumahan memiliki multiplier effect untuk perekonomian. Bahkan, perusahaan plat merah Perum Perumnas juga mendapatkan suntikan dana segar sebesar Rp650 miliar sebagai modal kerja dalam program rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

"Kita harapkan pertumbuhan ekonomi akan positif dan akan terus kita pacu dari program PEN [Pemulihan Ekonomi Nasional] dengam meningkatkan kemampuan ekonomi pelaku usaha sektor riil," sebutnya.

Saat ini, lanjutnya, Indonesia dihadapkan dengan tentangan pertumbuhan sektor perumahan yang terkontraksi. Selain itu, pertumbuhan harga properti yang melambat dan daya beli masyarakat yang menurun, kian dihadapkan dengan adanya pandemi Covid-19.

Menurutnya, harga rumah melambung tinggi dan sulit terjangkau untuk milenial dan kelas tertentu yang justru menjadi pasar bagi industri properti. Semakin mahalnya harga tanah membuat pola pikir masyarakat cenderung memilih landed house daripada vertical house.

Susantyo menilai tempat tinggal berkualitas dan terintegarasi fasilitas umum akan mengakselerasi penjualan perumahan.

"Daya tarik dari vertical house ini masih harus terus disosialisasikan pada masyarkaat kita ini menjadi bagian pekerjaan rumah bagi kita semua. Sinergi dan kerja sama berbagai pihak dalam menyelesaikan tantangan properti perlu ditingkatkan," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper