Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Fintech P2P Lending Indonesia Jadi Perhatian Dunia

Bisnis P2P lending di Indonesia memberikan hasil yang cukup mengejutkan karena tidak terdampak terhadap pandemi virus corona.
Karyawan menunjukan aplikasi KoinWorks saat meluncurkan KoinP2P di Jakarta, Kamis (20/2/2020).
Karyawan menunjukan aplikasi KoinWorks saat meluncurkan KoinP2P di Jakarta, Kamis (20/2/2020).

Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan ekosistem dan bisnis teknologi finansial peer-to-peer lending (Fintech P2P Lending) selama pandemi virus corona, menjadikan Indonesia sebagai sorotan dunia.

Senior Digital Financial Advisor Asian Development Bank (ADB) John Owens mengatakan potensi market fintech lending di Indonesia memang tampak paling mencolok dibandingkan berbagai macam jenis fintech lain yang tengah berkembang. Hal ini karena dengan umur terbilang muda, banyak progres signifikan dari berbagai stakeholder, yang ikut membantu ekosistem fintech lending Indonesia semakin melesat, namun tetap berkembang dengan sehat.

"Pertama kali muncul di UK, kemudian dikembangkan di US, sempat berkembang sangat pesat di China walaupun masih terdapat beragam persoalan di sana, tapi sekarang market P2P lending terbesar ada di Indonesia. Jadi bisa saya katakan semua mata sedang tertuju pada Indonesia," ujarnya dalam acara webinar besutan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bertajuk Virtual Innovation Day 2020: Percepatan Pemulihan Ekonomi Lewat Fintech, Senin (24/8/2020).

Karaniya Dharmasaputra, Sekjen Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) sekaligus Co-Founder Bareksa dan Presdir OVO pun mengakui bahwa P2P lending Tanah Air menjadi salah satu yang memberikan kejutan karena seperti tak terpengaruh terhadap pandemi.

Pasalnya, apabila mengambil contoh keadaan jenis fintech lain, transaksi fintech pembayaran sempat melonjak pada April 2020 karena interaksi menggunakan kartu debit ATM anjlok selama pandemi, namun angkanya kembali turun di bulan Mei-Juni 2020.Sementara fintech investment kebalikannya, jelas menurun selama pandemi, namun mulai rebound seiring dengan periode time to buy.

Namun, di luar dugaan, penyaluran pendanaan, jumlah pendana (lender), dan jumlah peminjam dana (borrower) dari fintech lending terus meningkat.

"Kita pun surprise karena fintech lending itu terus tumbuh, bahkan selama pandemi. Apa sebenarnya yang membuatnya demikian? Memang perlu ada investigasi lebih lanjut, tapi yang saya lihat dari ekosistem OVO di mana kita juga punya P2P lending, ini karena transaksi e-commerce selama pandemi. Ketika transaksi bisnis meningkat, para online merchant ini jelas membutuhkan suntikan pendanaan, dan fintech lending memainkan peranan utama di sini," jelasnya.

Turut hadir Adrian Gunadi, Ketua Umum Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) yang menjelaskan bahwa para pelaku memang tengah dalam fase menjaga optimisme karena peluang masih terbuka lebar.

Peluang ini tercipta dari masih adanya 132 juta orang yang belum tersentuh akses kredit, 4,5 juta usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang belum tersentuh akses kredit permodalan, serta studi jarak kebutuhan pendanaan UMKM yang masih lebar, karena kebutuhan pendanaan UMKM sekitar Rp1.650 triliun tapi total fasilitas pendanaan masih baru bisa memenuhi sekitar Rp660 triliun.

"Melihat potensi masih banyaknya individu yang underserved dari perbankan, dan UMKM yang underpenetrated terhadap permodalan. Jadi walaupun Covid-19 membuat disbursement pinjaman kita sempat terkoreksi pada Maret-April, tapi ada recover mulai Juni-Juli dan kita masih percaya terus tumbuh ke depannya," jelasnya.

Terkini, penyaluran pendanaan para pelaku fintech lending Indonesia masih didominasi sektor produktif 68 persen, konsumtif 58 persen, dan syariah 7 persen dengan jumlah pemain yang fokus ke sektor konsumtif (89 perusahaan), produktif (61 perusahaan), dan 11 perusahaan fokus ke syariah.

Menurut Adrian, hal terpenting yang harus terus ditekankan para pemain P2P lending terkait edukasi kepada masyarakat dan seluruh stakeholder, yakni memberantas fintech ilegal yang tak berizin OJK. Serta terus membantu mendorong peningkatan literasi masyarakat terkait digital financing secara umum.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper