Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rencana Merger Bank Syariah, Asbisindo: Bisa Jadi Top 10 Bank Nasional

Ketua Umum Asbisindo Toni EB Subari mengatakan rencana merger akan membuat aset bank syariah menjadi lebih besar. Dengan aset yang lebih besar, akan mampu menempatkan bank syariah dalam jajaran 10 besar bank nasional.
Bank Syariah BUMN. /Bisnis.com
Bank Syariah BUMN. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) mendukung penuh rencana merger bank-bank syariah yang menjadi anak usaha bank BUMN. Jika merger dilakukan, maka bank syariah BUMN berpeluang menempati deretan 10 besar bank nasional.

Ketua Umum Asbisindo Toni EB Subari mengatakan rencana merger akan membuat aset bank syariah menjadi lebih besar. Dengan aset yang lebih besar, akan mampu menempatkan bank syariah dalam jajaran 10 besar bank nasional.

"Kita akan dukung penuh. Dengan [total aset bank syariah BUMN] Rp207 triliun itu bisa menjadi top ten [bank nasional]," katanya dalam diskusi virtual, Kamis (3/9/2020).

Saat ini terdapat tiga bank syariah yang menjadi anak usaha bank BUMN, yaitu PT Bank BRI Syariah Tbk., PT Bank BNI Syariah, dan PT Bank Syariah Mandiri. Sementara itu, satu berupa unit usaha (UUS) yaitu UUS PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.

Per 30 Juni 2020, total aset BRI Syariah sebesar Rp49,58 triliun. Adapun, total aset Bank Syariah Mandiri sebesar Rp114,40 triliun. Selanjutnya, total aset BNI Syariah sebesar Rp50,76 triliun. Kemudian, total aktiva UUS Bank BTN sebesar Rp31,09 triliun.

Jika merger bank syariah yang menjadi anak usaha BUMN dilakukan, maka total aset bank syariah BUMN mencapai Rp245,84 triliun per 30 Juni 2020.

Toni menambahkan dukungan pemerintah berupa regulasi maupun kebijakan sudah cukup mendukung untuk pertumbuhan perbankan syariah. Namun, perlu ada strategi anorganik guna percepatan pertumbuhan industri perbankan syariah.

Direktur Utama PT BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo juga sepakat perlu adanya dukungan anorganik untuk mengakselerasi pertumbuhan bank syariah. Strategi anorganik bisa berupa merger, strategic partner, konversi, maupun penguatan modal.

"Kita sepakat bahwa kondisi sedang anomali. Penduduk muslim banyak, industri halal banyak, tetapi kontribusi masih kecil. Sehingga perlu ada engine growth untuk akselerasi pertumbuhan," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Azizah Nur Alfi
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper