Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pandemi, Momentum Maybank Akselerasi Pengembangan Digital Banking

Pandemi mendorong Maybank Indonesia untuk meningkatkan kecepatan pengembangan digital banking 3 hingga 5 kali lipat.
Karyawan melintas di depan kantor cabang Maybank Indonesia, di Jakarta, Kamis (27/6/2019)./Bisnis-Himawan L Nugraha
Karyawan melintas di depan kantor cabang Maybank Indonesia, di Jakarta, Kamis (27/6/2019)./Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Mobile banking bukan lagi inovasi yang hanya dipandang sebagai komplementer dari layanan perbankan Tanah Air.

Tren kenaikan inklusi keuangan sekaligus paksaan dari pandemi virus corona pada tahun ini merupakan sebuah alasan krusial bagi perbankan untuk mempercepat transformasinya

PT Bank Maybank Indonesia Tbk. tampak menyadari hal tersebut dan berupaya keras untuk bersaing dengan di pasar digital banking dengan terus menambah fitur serta meningkatkan kenyamanan nasabah.

Head Strategy Transformation & Digital Office Maybank Indonesia Michel Hamilton menjelaskan layanan digital banking saat ini bukan hanya kebutuhan bagi kawula muda saja.

Berdasarkan survei Deloitte, dia memaparkan, lebih dari 60 persen grup nasabah perbankan umur 20 hingga 54 tahun telah mengadopsi online banking lebih. Grup paling ekspansif adalah umur 25 hingga 34 tahun dengan adopsi 74 persen .

"Jadi, sebenarnya kebutuhan ini memang sudah sangat meningkat, dan pandemi juga mendorong kami untuk meningkatkan kecepatan pengembangan sampai 3 hingga 5 kali lipat," katanya dalam Webminar Maybank Indonesia.

Pandemi, Momentum Maybank Akselerasi Pengembangan Digital Banking

Sumber: Paparan Maybank Indonesia

Dia melanjutkan kesempatan perseroan untuk menggarap pasar digital banking pun cukup besar. Segmen bankable yang terdiri dari profesional dan keluarga muda yang terus bertumbuh.

Penetrasi ponsel pintar, dan penggunaan internet yang masing-masing 63 persen dan 54 persen pun menjadi indikator positif bagi pasar ini. Pasar ini juga diikuti dengan berbagai macam inovasi fitur yang sangat membantu seperti e-KYC, QR pay, serta NFC payment.

"Perbankan hanya diharapkan lebih memperkuat keamanan data, peningkatan layanan transaksi, serta penyelesaian masalah secara real-time," jelasnya.

Dia melanjutkan, perseroan tidak memiliki target spesifik dalam pengembangan M2U, pasalnya pasar digital banking selalu berkembang.

"Kami hanya mengoptimalkan alokasi investasi pengembangan digital dan berupaya untuk memberi manfaat semaksimal mungkin untuk nasabah kami. Nasabah selalu menjadi pusat dalam setiap langkah pengembangan kami," imbuhnya.

Berdasarkan catatan Bisnis, perseroan melaporkan Maybank2u (M2U) sudah banyak digunakan nasabah khususnya dengan adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada pertengahan tahun ini.

Transaksi keuangan yang dilakukan melalui M2U naik 136 persen menjadi 4,5 juta transaksi. Terdapat pula 34,000 pembukaan rekening tabungan/deposito dan lebih dari 45.000 rekening baru dibuka melalui M2U.

Dengan tren tersebut, perseroan tergolong beruntung karena masih mampu melaporkan laba bersih positif 7,0 persen menjadi Rp809,7 miliar.

Emiten berkode BNII ini juga mencatat kenaikan pendapatan fee based sebesar 1,4 persen menjadi Rp1,2 triliun dibandingkan dengan tahun sebelumnya dimana terdapat pendapatan fee non rutin sebesar Rp 101,0 miliar dari hasil penyelesaian arbitrase domestik.

Bila pendapatan fee nonrutin tersebut tidak diperhitungkan, maka Bank mencatat kenaikan fee 11,0 persen yang berasal dari fee Global Market, Bancassurance dan Wealth Management, serta biaya transaksi e-channel.

Tak sekadar laba, M2U Maytbank Indonesia terbukti mampu mendongkrak rasio dana murah dari 33,1 persen pada Juni 2019 menjadi 40,0 persen pada Juni 2020, dimana tabungan meningkat sebesar 9,9 persen secara tahunan.

Peningkatan dana murah ini tak hanya dampak dari optimalisasi digital banking nasabah individual, tetapi juga nasabah-nasabah korporasi mulai beralih menggunakan layanan platform perbankan digital.

Dalam kesempatan yang sama, Head Digital Banking Product & Strategy Maybank Indonesia Ditto Prabowo memaparkan ada 4 fokus dalam pengembangan fitur-fitur di M2U.

Pertama, manajemen portofolio keuangan yang mencakup akun tabungan, deposito berjangka, kartu kredit, pinjaman, dan investasi.

Kedua, solusi transaksi 24 jam non stop. Fokus ini meliputi transaksi antar bank, pembayaran listrik, dan tagihan-tagihan rutin lainnya.

Ketiga, kemudahan pembukaan akun tabungan. Maybank Indonesia berkomitmen untuk dapat mempermudah pembukaan tabungan secara daring untuk semua kebutuhan keluarga.

Terakhir, gaya hidup yang ditjukan untuk mencukupi kebutuhan transaksi yang terus berkembang baik secara merchant maupun metodenya seperti dompet digital dan QR payment.

"Hal paling penting dalam pengembangan digital banking adalah mengetahui setiap kebutuhan transaksi nasabah dan terus berupaya meningkatkan kenyamanan transaksinya," ujarnya.

Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria sebelumnya mengatakan kondisi pasar fungsi intermediasi kurang kondusif pada tahun ini.

Namun, perseroan telah berhasil membukukan hasil positif dalam enam bulan pertama tahun ini karena masih mampu terus berinovasi pada masa pandemi.

"Kami mengubahnya menjadi peluang pada layanan perbankan digital serta tetap menjaga pertumbuhan yang baik," katanya.

Pandemi, Momentum Maybank Akselerasi Pengembangan Digital Banking

Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria. Bisnis/Abdullah Azzam

Dia melanjutkan perseroan pun lebih kreatif dalam melakukan komunikasi dengan para nasabah melalui teknologi.

Dalam hal penjagaan kualitas kredit, dia melanjutkan BNII pun mengambil langkah proaktif untuk mengantisipasi dampak lebih lanjut terhadap portofolio atas pandemi global yang terjadi.

"Kami senantiasa menjaga kualitas aset Bank melalui penerapan prinsip kehati-hatian dan pendekatan manajemen risiko yang ketat,” imbuhnya.

Di pihak lain, Senior Faculty LPPI Moch Amin Nurdin mengatakan potensi pengembang pasar digital banking masih sangat terbuka. Hal ini justru sangat terdorong dengan penerapan PSBB yang bahkan diberlakukan kembali pada akhir kuartal ketiga tahun ini.

"Praktis dengan pandemi virus corona serta penerapan protokol kesehatan yang ketat, dorongan untuk pengembangan digital banking akan menjadi lebih signifikan," katanya.

Hanya saja, dia berpendapat persaingan dalam penetrasi pasar saat ini tergolong timpang karena bank umum kelompok usaha (BUKU) IV sudah lebih dulu mendapat competitive advantage dan mendulang banyak bisnis transaksi.

Di samping itu, dalam praktiknya masih belum banyak yang mampu melakukan pengembangan sekaligus sosialisasi digital banking secara menyeluruh. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan data, sekaligus modal pengembangan.

Kemudahan Selama Pandemi

Nasabah setia Maybank Dian Yustiana mengatakan M2U sangat terasa pada masa pandemi virus corona tahun ini. Bahkan wanita karier di salah satu perusahaan swasta ini mengaku sudah banyak merasakan manfaat dari penggunaan mobile banking Maybank Indonesia ini jauh sebelum adanya pandemi.

"Hanya saja, di masa pandemi ini kemudahan dan manfaat dari M2U jauh lebih terasa lebih dipermudah karena kita tidak perlu lagi keluar dari rumah," katanya.

Dia mengatakan fitur paling bermanfaat bagi dirinya adalah sistem lock dan unlock akun tabungan. Proses pergantian password dan PIN pun tidak mengharuskan dirinya lagi untuk datang ke cabang.

Pandemi, Momentum Maybank Akselerasi Pengembangan Digital Banking

Aplikasi M2U Maybank/Maybank Indonesia

Dian melanjutkan pengisian dompet digital pun dapat dilakukan setiap saat dengan M2U. Bahkan untuk transaksi yang langsung menggunakan QR code, dirinya tak perlu repot mengisi dompet digital karena M2U memiliki QRIS sendiri yang langsung terhubung dengan tabungan.

Dirinya juga merasa sangat dipermudah dengan sistem pembayaran tagihan kartu kredit yang cepat dari M2U, sehingga tidak perlu khwatir lagi dengan denda keterlambatan.

"Belum lagi deposito, duku bunganya juga sangat menarik. Pokoknya, sudah sangat mudah sekali. Semua kebutuhan saya sebagai nasabah individu dapat dilakukan hanya dengan satu aplikasi," katanya.

Dia pun mengatakan tampilan M2U tidak membosankan, dan jauh menarik dibandingkan dengan aplikasi mobile banking lainnya.

Sementara itu, Latif Akmal yang juga nasabah Maybank Indonesia belum sempat mencoba menggunakan M2U. Dia mengetahui dan mendengar banyak hal positif dalam penggunaan M2U, terutama dalam masa pandemi yang mengharuskan dirinya lebih banyak diam di rumah.

"Kalau teman-teman saya 75 persen mengunakan mobile banking-nya [M2U]. Katanya kalau pakai m-banking itu lebih mudah dalam segala transaksi. Saya tidak ragu akan hal itu," kata pria yang merupakan salah satu butuh pabrik ini.

Menurutnya, bank tetap perlu memberi sosialisasi secara langsung karena tetap masih ada nasabah yang belum memiliki inklusi keuangan yang cukup untuk mempelajari M2U secara otodidak.

Dari pengembangan mobile banking saat ini, Maybank Indonesia tentu sudah manfaat yang cukup besar.

Namun, pasar digital banking masih terus berkembang dan masih banyak potensi pasar yang masih dapat terus dimonetisasi terutama dengan munculnya pandemi tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper