Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Asuransi dan Penjaminan Masih Pilah-Pilih Strategi Investasi

Investasi terhadap premi yang masuk sebagai pendapatan, bagaimana pun harus tetap mampu memberikan imbal hasil yang baik guna menjaga kelancaran arus kas operasional perusahaan, kendati kondisi ekonomi tengah memasuki masa ketidakpastian.
Karyawan melintasi logo-logo perusahaan asuransi di Kantor Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Jakarta, Selasa (11/02/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan melintasi logo-logo perusahaan asuransi di Kantor Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Jakarta, Selasa (11/02/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis, JAKARTA - Perusahaan asuransi dan penjaminan masih mencari-cari titik tengah pengelolaan aset investasi di tengah ketidakpastian ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Seperti diketahui, sebagai industri yang menjanjikan manfaat dari iuran premi yang dikumpulkan nasabahnya, pengembangan dana merupakan keniscayaan demi menutup selisih risiko yang muncul ke depan.

Investasi terhadap premi yang masuk sebagai pendapatan, bagaimana pun harus tetap mampu memberikan imbal hasil yang baik guna menjaga kelancaran arus kas operasional perusahaan, kendati kondisi ekonomi tengah memasuki masa ketidakpastian.

Ketua Asosiasi Perusahaan Penjaminan Indonesia (Asippindo) Randi Anto yang sekaligus Direktur Utama PT Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo) mengungkap setidaknya ada dua hal yang kini jadi fokus para perusahaan penjaminan. "Sampai dengan saat ini, keamanan dan quality, serta tingkat likuiditas, menjadi faktor utama dalam penempatan investasi," ungkapnya kepada Bisnis, Minggu (20/9).

Menurutnya, keamanan jelas merupakan keniscayaan demi kepastian investasi, sementara tingkat likuiditas menekankan seberapa cepat dan menguntungkan instrumen tersebut menjadi alat likuiditas di tengah kondisi ini.

"Oleh karena itu, komposisi saat ini sekitar 60% ada di deposito, dan mayoritas di Bank BUMN dan BUKU III, serta surat berharga. Baik surat berharga negara atau korporasi dengan rating investment grade, yang sudah mewakili lebih dari 75%," tambahnya.

Berdasarkan statistik terbaru Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Juli 2020, portofolio investasi perusahaan penjaminan mencapai Rp12,62 triliun, naik dari periode Juli 2019 di angka Rp12,44 triliun, serta naik dari Juni 2020 di angka Rp12,53 triliun.

Dari 21 perusahaan penjaminan yang tercatat dalam statistik tersebut, proporsi deposito merupakan instrumen terbesar mencapai Rp7,27 triliun, disusul surat berharga negara (SBN) Rp1,78 triliun, dan reksadana Rp1,7 triliun. Berikutnya ada obligasi di angka Rp1,04 triliun, penyertaan langsung (Rp550 miliar), saham (Rp199 miliar), EBA (Rp58 miliar), dan properti (Rp2 miliar).

Di sisi lain, Ketua Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Hastanto Sri Margi Widodo mengungkapkan hal serupa. Stabilitas dengan menekankan keamanan lebih dan tingkat likuiditas yang lebih tinggi, menjadi tren demi lancar dalam melewati masa pandemi.

"Sebagai usaha yang harus selalu berdasarkan kehati-hatian, asuransi cenderung akan memiliki portfolio investasi yang aman, tidak volatile, dan liquid," jelasnya kepada Bisnis.

Widodo mengungkap bahwa setiap perusahaan pasti akan mencari jalan investasi terbaik di tengah situasi ini dengan tetap mengedepankan amanat regulasi, yaitu Peraturan OJK no 71/2016 tentang Kesehatan Perusahaan Asuransi dan Reasuransi.

"Selain itu, solvability dan solvency dari asset kekayaan yang diperkenankan juga ada aturannya, jadi terkait itu semua, asuransi pasti akan mencari bentuk yang paling aman dan tentunya liquid," tambahnya.

Sekadar informasi, pembatasan atas aset yang diperkenankan dalam bentuk investasi sebagaimana dimaksud dalam regulasi tersebut mengakomodasi 19 instrumen yang diizinkan dengan porsi tertentu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper