Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos Baru BMRI: Rasio Kredit terhadap Pendanaan Sentuh Rekor Terendah

Direktur Utama Bank Mandiri yang baru saja terpilih, Darmawan Junaidi, menyebutkan posisi LFR yang rendah itu adalah cermin dari kondisi likuiditas perseroan sangat baik. Bahkan, juga menandakan kepercayaan masyarakat terhadap Bank Mandiri masih tinggi.
Darmawan Junaidi, Direktur Treasury, International Banking, and Special Asset Management Bank Mandiri/bankmandiri.co.id
Darmawan Junaidi, Direktur Treasury, International Banking, and Special Asset Management Bank Mandiri/bankmandiri.co.id

Bisnis.com, JAKARTA - Posisi Loan to Funding Ratio (LFR) PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. yang berada di bawah 90% atau mendekati 83% merupakan hal pertama kali dalam sejarah.

Direktur Utama Bank Mandiri yang baru saja terpilih, Darmawan Junaidi, menyebutkan posisi LFR yang rendah itu adalah cermin dari kondisi likuiditas perseroan sangat baik. Bahkan, juga menandakan kepercayaan masyarakat terhadap Bank Mandiri masih tinggi.

Darmawan mengakui tidak ada ukuran yang cukup untuk memastikan likuiditas aman di tengah pandemi. Hanya saja, perseroan telah memiliki kajian sendiri untuk menjalankan bisnis dan program daam menghadapi pandemi.

"Kita siapkan likuiditas lebih dari biasanya, dan kita harapkan bisa cukup untuk mendukung rencana bisnis Mandiri ke depan, corporate action sementara kita hold," katanya dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Bank Mandiri, Rabu (21/10/2020).

Dengan posisi rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) yang berada di kisaran 18% hingga 19%, Bank Mandiri percaya diri untuk melanjutkan pertumbuhan lebih baik ke depannya. Meskipun, penurunan kinerja merupakan hal yang tidak bisa dihindari di tengah pandemi.

"Tantangan ke depan masih ada, kita juga belum tahu kapan akan berakhir, kesiapan Bank Mandiri baik untuk menjalani masa pandemi, nanti akan lakukan reopening," katanya.

Menurutnya, dengan tata kelola operasional yang baik, perseoan akan tetap menjaga kinerja. Adanya pandemi juga telah membuat perseroan menerapkan POJK 11/2020 mengenai restrukturisasi yang pada akhirnya mempengaruhi pendapatan bunga.

Darmawan juga mengaku akan semakin meningkatkan efisiensi layanan dan mengejar fee based income. Transaksi wholesale banking dan ritel banking yang dilakukan secara tradisional melalui cabang dan mesin ATM akan didorong menggunakan platform.

"Kita akan lakukan terbosan dengan berbagai fintech dan pelaku jasa keuangan secara digital yang akan buat efisiensi layanan perbankan, dan melakukan investasi fisik cabang-cabang untuk melayani nasabah," sebutnya.

Sementara itu, sebagai bankir yang lama melintang di bidang treasury, Darmawan tidak banyak menjelaskan rencana perseroan untuk go global membereskan aset di luar negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper