Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Author

Triyono Gani

Kepala Eksekutif Group Inovasi Keuangan Digital OJK

Triyono Gani adalah Kepala Eksekutif Group Inovasi Keuangan Digital, Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sarjana administrasi bisnis Universitas Diponegoro Semarang ini meraih gelar master dari University of Bristol Inggris.

Lihat artikel saya lainnya

Mendesak, Kerja Sama Formal Pengawasan Fintech RI-China

Diperlukan kerja sama formal melalui nota kesepahaman atau supervisory colleges (semacam pertukaran informasi atas obyek pengawasan). Karena operasionalisasi fintech sudah lintas negara, tentu pengawasannya pun harus bisa lintas negara pula.
Fintech P2p Lending di Indoneia
Fintech P2p Lending di Indoneia

Akhir-akhir ini banyak orang membicarakan rencana initial public offering (IPO) dari Ant Financial yang bernilai US$30 miliar. Konon IPO tersebut akan menjadi aksi korportasi terbesar sepanjang sejarah dan mengalahkan IPO Aramco Arab Saudi tahun lalu.

Bila IPO ini sukses, nilai dari Ant Financial akan menjadi sebesar bank terbesar di dunia yaitu JP Morgan Chase. Ant Financial, yang tergabung dalam Alibaba Group dan didirikan Jack Ma, dengan demikian menorehkan dua catatan sejarah sekaligus. IPO terbesar dan percepatan pertumbuhan untuk menjadi perusahaan sangat besar hanya dalam tempo belasan tahun saja.

Ant Financial merupakan sebuah perusahaan teknologi yang bergerak dalam bidang keuangan atau biasa disebut dengan fintech. Keputusan untuk menjadi perusahaan yang terpisah dari platform Alibaba maka Ant Financial kemudian tumbuh menjadi sangat besar.

Fenomena ini sangat menarik dan menjadi perhatian semua kalangan, termasuk pemerhati dan praktisi fintech di Indonesia. Adalah fakta bahwa China telah menjadi kiblat pasar fintech dan tentu saja mempengaruhi industri tersebut di Indonesia.

Konsep startup keuangan peer to peer lending pertama hadir di Eropa. Namun pertumbuhan fintech China sangat pesat. Dengan pengguna internet lebih dari 700 juta orang dan akses internet utama adalah melalui telepon genggam, potensi pasar fintech China sungguh besar.

Meski jumlah fintech unicorn di China lebih sedikit dibandingkan dengan Amerika dan Eropa, valuasinya jauh lebih unggul. Karena itu keberhasilan dan kegagalan dari China dalam mengelola fintech akan menjadi pengalaman yang baik untuk dipelajari oleh Indonesia.

Fintech di Tanah Air memang lebih muda dibandingkan dengan perkembangan di China. Pegiat sektor keuangan di Indonesia juga menaruh keraguan terhadap masa depan fintech meski secara nyata sebagian pelaku ini merasakannya sebagai ancaman tetapi sebagian malah telah bekerja sama dengan fintech.

Lembaga keuangan yang ada, yaitu bank, asuransi dan pasar modal berumur lebih dari 400 tahun, sehingga telah teruji dan terbukti memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian Indonesia. Apakah fintech mampu bertahan selama ini atau bahkan bisa menjadi masa depan sektor jasa keuangan, hal ini yang belum terjawab.

Berkaca kepada apa yang telah terjadi di China, keraguan terhadap fintech sudah terjawab. Fintech dapat berkembang dengan pesat dan bertahan untuk melayani konsumen di sektor jasa keuangan.

IPO merupakan cita-cita dari fintech start up. Dengan adanya IPO Ant Financial menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap masa depan fintech sangat positif. Melalui pemilikan saham berarti memperkuat visi bahwa fintech akan dapat bertahan dalam jangka panjang meski bisa saja digantikan oleh bentuk lain yang lebih canggih akibat percepatan inovasi.

Para ahli menyatakan bahwa teknologi yang digunakan di bidang fintech, misalnya QR technology, virtual account, biometrik dan sebagainya sebenarnya sudah digunakan lama oleh beberapa negara. Namun nampaknya yang sangat berhasil mengkapitalisasi teknologi ini adalah China. Analisis big data adalah alasan utama dibalik keberhasilan tersebut dan didukung oleh kebijakan pemerintah yang menghargai inovasi.

Penguasaan teknologi yang mumpuni ini juga dibuktikan dengan bagaimana teknologi digunakan untuk melakukan manajemen pandemi Covid-19 di negara tersebut. Visi pengembangan teknologi juga jelas dituangkan dalam Made in China 2025 yang antara lain mencakup bidang teknologi informasi dan komunikasi generasi terbaru.

Ekosistem fintech merupakan sebuah keniscayaan. Dengan memanfaatkan big data secara tepat dan kemudian berkembanga pesat memungkinkannya untuk IPO. Siklus ini diterapkan di mana-mana, termasuk di Indonesia. Ekosistem terbentuk dari sumber big data, misalnya fintech payment, e-commerce atau information aggregator. Dengan bermodal data granular yang banyak, fintech akan mampu membangun ekosistem sendiri. Contoh paling nyata adalah Alibaba Group.

Demikian halnya dengan evolusi di Indonesia. Walaupun berkembang lebih terlambat dari fintech China, jalur yang ditempuh sama. Beberapa platform e-commerce dan sistem pembayaran saat ini mulai berkembang membentuk ekosistem yang semakin dekat dengan kebutuhan konsumen.

Bahkan ada sebuah perusahaan aggregator asuransi yang mampu menerbitkan hingga 600.000 polis hanya dalam kurun waktu 3 tahun sejak beroperasi. Bisa dibayangkan potensi yang sangat besar untuk bisnis mikro keuangan di Indonesia.

Dalam aspek pengawasan, sistem dua lapis yang diterapkan di China melalui asosiasi merupakan pendekatan yang baik dan telah diadopsi oleh Indonesia. Asosiasi diminta untuk menjalankan fungsi pengawasan market conduct dan menjadi kepanjangan tangan dari otoritas dalam melaksanakan kegiatan pengawasan sehari-hari.

Alhasil, kerja sama pengawasan antara Indonesia dan China sangat penting, termasuk dalam hal pertukaran informasi mengenai penyelenggara fintech asal Negeri Panda yang sudah sangat banyak hadir di Tanah Air. Mungkin diperlukan kerja sama formal melalui nota kesepahaman atau supervisory colleges (semacam pertukaran informasi atas obyek pengawasan). Karena operasionalisasi fintech sudah lintas negara, tentu pengawasannya pun harus bisa lintas negara pula.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Triyono Gani
Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper