Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mayoritas Laba Bank Syariah Dikuasai Tiga Anak Usaha BUMN

Berdasatkan statistik perbankan syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tercatat ada 14 bank umum syariah dengan total laba bersih senilai Rp2,68 triliun per kuartal III/2020. Dari jumlah tersebut, sekitar 61,40% disumbang dari bank syariah yang menjadi anak usaha BUMN.
Logo Bank Syariah milik BUMN/Istimewa
Logo Bank Syariah milik BUMN/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Perolehan laba bank syariah masih akan didominasi oleh bank syariah yang menjadi anak usaha BUMN sampai dengan akhir tahun.

Berdasatkan statistik perbankan syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tercatat ada 14 bank umum syariah dengan total laba bersih senilai Rp2,68 triliun per kuartal III/2020. Dari jumlah tersebut, mayoritas atau tepatnya sekitar 61,40% disumbang dari bank syariah yang menjadi anak usaha BUMN.

PT Bank Syariah Mandiri menyumbang laba terbesar yakni Rp1,07 triliun atau tumbuh 22,66% secara year on year (yoy), disusul PT Bank BNI Syariah sebesar Rp387,02 miliar atau turun 16,22% yoy, dan PT Bank BRIsyariah Tbk. sebesar Rp190,58 miliar atau tumbuh 237,55% yoy.

Direktur Pusat Studi Bisnis dan Ekonomi Syariah Institue Pertanian Bogor (CIEST-IPB) Irfan Syauqi Beik memperkirakan pola yang sama masih akan berlanjut hingga akhir tahun. Hal ini karena ketiga bank syariah BUMN merupakan tiga bank syariah terbaik.

Secara total aset yang dimiliki, bank syariah BUMN menempati tiga terbesar di antara perbankan syariah. Misalnya, Mandiri Syariah memiliki total aset Rp199,43 triliun, disusul BRI Syariah Rp56,10 triliun, dan BNI Syariah Rp52,39 triliun.

"Saya kira akan seperti ini sampai dengan akhir tahun. Dan saya melihat ada beberapa hal yang membuat profit mereka meningkat di saat seperti sekarang," katanya, Minggu (15/11/2020).

Menurutnya, sejumlah faktor mendorong perolehan laba bank umum syariah BUMN. Pertama, ketiga bank syariah tersebut mampu meningkatkan kinerja dan adaptasi di tengah situasi pandemi. Salah satu yang paling signifikan yakni optimalisasi layanan digital. Hal ini berdampak terhadap efisiensi dan kemampuan dalam bersaing menarik nasabah baru.

Kedua, ketiga bank tersebut memanfaatkan dengan baik paket kebijakan relaksasi restrukturisasi yang diberikan OJK. Keberadaan relaksasi restrukturisasi tersebut membantu bank memperbaiki kualitas pembiayaan bermasalah (non performing financing/NPF). Hal ini tercermin dari NPF ketiga bank tersebut mengalami penurunan di tengah pandemi.

Misalnya, BRI Syariah mencatatkan rasio NPF gross 3,35% per 30 September 2020, dari periode yang sama tahun lalu sebesar 4,45%. Demikian pula, Mandiri Syariah menjadi rasio NPF gross pada 2,66% atau sama dengan periode yang sama tahun lalu.

Ketiga, adanya kenaikan dana pihak ketiga yang didorong keyakinan psikologis dari sebagian masyarakat, terutama mereka yang menabung di bank cilik konvensional, untuk memindahkan simpanannya ke bank syariah yang memiliki daya tahan lebih baik.

"Pandemi ini semestinya menjadi momentum untuk mengkampanyekan keuangan syariah bahwa bank syariah memiliki daya tahan yang baik," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Azizah Nur Alfi
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper