Bisnis.com, JAKARTA -- Bank Indonesia berharap pelaku industri perbankan membangun optimisme agar pertumbuhan kredit dan kinerja ekonomi akhir tahun ini lebih baik.
Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan pihaknya sudah cukup akomodatif dengan penurunan suku bunga acuan sekaligus penggelontoran likuditas ke pasar melalui quantitative easing.
Namun, pertumbuhan kredit masih sangat lamban dan perbankan masih cenderung menahan suku bunga kreditnya.
"Kami bersama pemerintah dan OJK sudah sangat akomodatif dalam mempercepat pemulihan ekonomi. Kami juga berharap perbankan dan dunia usaha sama-sama membangun optimisme," katanya usai RDG BI, Kamis (19/11/2020).
Dia melanjutkan kinerja ekonomi sudah mulai membaik pada akhir tahun ini. BI melihat sudah mulai banyak perbaikan kinerja, khususnya dari segmen korporasi.
Lagi pula dia berpendapat, perbankan sudah mulai menikmati banyak keringanan dari sisi biaya dana atau cost of fund dan beban administrasi kredit.
"Hanya saja, persepsi risiko kredit perbankan memang masih sangat tinggi, sehingga bunga kredit belum turun [signifikan]," katanya.
Adapun, Bank Indonesia mengumumkan pertumbuhan kredit perbankan sudah mulai tumbuh negatif pada awal kuartal keempat tahun ini.
Pertumbuhan kredit pada Oktober 2020 terkontraksi 0,47 persen secara tahunan. Tren ini terjungkal dari September 2020 yang masih mampu tumbuh tipis 0,12 persen secara tahunan.
Meski demikian, dia melaporkan sistem keuangan tetap terjaga. Rasio kecukupan modal perbankan pada akhir kuartal ketiga tahun ini berada pada 23,41 persen, sedangkan rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) tetap rendah 3,15 persen.