Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dompet Digital Jangan Sering Promo, Ekonom: Bikin Umurnya Pendek

Ekonom Indef menilai platform dompet digital jangan sering mengadakan promo karena pelanggan Indonesia tidak ada yang loyal dan berisiko terhadap kelangsungan usaha.
Petugas mensosialisasikan penggunaan QRIS dengan aplikasi layanan uang elektronik LinkAja di sela-sela kick off Pekan QRIS Nasional 2020 di kampus Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Jawa Barat, Senin (9/3/2020). Bisnis/Rachman
Petugas mensosialisasikan penggunaan QRIS dengan aplikasi layanan uang elektronik LinkAja di sela-sela kick off Pekan QRIS Nasional 2020 di kampus Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Jawa Barat, Senin (9/3/2020). Bisnis/Rachman

Bisnis.com, JAKARTA – Persaingan yang ketat menuntut platform dompet digital memperkuat ekosistem yang dimilikinya atau melebur dengan perusahaan dompet digital lain. Bertarung dengan mengandalkan promo, dinilai hanya akan membuat umur platform dompet digital makin pendek.

Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani menilai bahwa platform pembayaran dan dompet digital ke depan akan saling berkolaborasi, atau bahkan merger, untuk memperkuat posisi dan ekosistem yang dimiliki.

Kolaborasi atau merger dilakukan antara dua platform dengan ekosistem berbeda. Tujuannya agar manfaat cakupan ekosistem yang dimiliki makin luas dan pengguna makin nyaman dalam memakai layanan.

“Kalau saya lihat sekarang banyak yang merger. Sebelum orang terlanjur [membuat platform dompet digital] harus berpikir dua kali karena di Indonesia kalau tidak bangun ekosistem akan berat. Pelanggan tidak ada yang loyal,” kata Aviliani kepada Bisnis.com, Minggu (29/11/2020).

Aviliani menuturkan bahwa ekosistem yang luas merupakan keharusan bagi platform dompet digital. Sama seperti model kartu kredit. Jika tidak ada ekosistem yang lengkap, akan sulit untuk mengembangkan bisnis dompet digital.

Adapun jika perusahaan digital terus melakukan promo untuk memperkuat basis data yang dimilikinya dan mengabaikan pembangunan ekosistem, kata Aviliani, platform dompet digital tersebut akan tumbang dengan sendirinya.

Loyalitas pelanggan terdapat pada produk bukan terdapat pada platform layanan dompet digital.

“Kalau tidak dipakai lagi akhirnya menjadi data sampah karena orang membelinya hanya berdasarkan pada diskon bukan loyalitas, maka pemain dompet digital harus berhati-hati,” kata Aviliani.

Sekadar catatan, layanan dompet digital makin digemari selama pandemi. Berdasarkan, laporan Google, Temasek dan Bain & Company, terjadi peralihan metode pembayaran selama Covid-19, di mana porsi transaksi pembayaran uang cash turun dari 48 persen sebelum Covid-19 menjadi 37 persen selama Covid-19.

Pada waktu yang sama porsi pembayaran lewat dompet digital meningkat dari 18 persen sebelum pandemi menjadi 25 persen.

Kemudian dompet digital juga mengalami pertumbuhan pesat dalam 1 tahun terakhir. Pada 2019, penetrasi dompet digital di Asia Tenggara masih 1 persen, meningkat menjadi 3 persen pada 2020. Pembayaran cash dan melalui kartu, masing-masing turun 1 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper