Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indef: Multifinance Perlu Antisipasi Kenaikan Minat Beli Kendaraan Bekas Tahun 2021

Ekonom Indef Bhima Yudhistira menjabarkan bahwa dalam kondisi pandemi Covid-19 ini terdapat penurunan daya beli di kelompok kelas menengah. Mereka pun cenderung membeli mobil bekas dibandingkan mobil baru.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA — Institute for Development of Economics and Finance atau Indef menilai bahwa tren peningkatan konsumsi mobil bekas masih akan terjadi hingga 2021 seiring menurunnya daya beli masyarakat.

Ekonom Indef Bhima Yudhistira menjabarkan bahwa dalam kondisi pandemi Covid-19 ini terdapat penurunan daya beli di kelompok kelas menengah. Mereka pun cenderung membeli mobil bekas dibandingkan mobil baru.

Selain itu, menurutnya, masyarakat pun membutuhkan moda transportasi yang relatif aman untuk bepergian. Transportasi umum dinilai masih memiliki risiko karena diisi oleh banyak orang, sehingga pilihan jatuh ke kendaraan pribadi, khususnya mobil bekas yang relatif lebih terjangkau.

"Tren ini masih akan berlangsung hingga 2021 seiring pemulihan ekonomi dan mobilitas masyarakat yang bertahap. Faktor kekhawatiran [terhadap risiko paparan di kendaraan umum] ada, tapi masih di bawah faktor daya beli yang menurun," ujar Bhima kepada Bisnis, Rabu (9/12/2020).

Meskipun terjadi kenaikan permintaan, masih terdapat tantangan dalam penjualan kendaraan bekas karena selama masa pandemi nilai uang muka [down payment/DP] kredit atau leasing mobil bekas terus meningkat. Menurut Bhima, kenaikannya mencapai 40 persen–45 persen dari harga jual.

"Jadi ini sedikit kontradiksi dengan upaya Bank Indonesia memberikan relaksasi berupa kenaikan loan to value [LTV]," ujarnya.

Selain itu, terdapat kendala lain seperti pencairan pinjaman yang lebih lama dibandingkan kondisi normal. Alasannya beragam menurut Bhima, salah satu yang paling lumrah adalah karyawan yang bekerja dari rumah [work from home/WFH] sehingga pengecekan dokumen butuh waktu yang lebih lama.

Perusahaan multifinance juga dinilai harus lebih berhati-hati dalam memilih debitur. Industri harus memperhatikan tingkat risiko gagal bayar atau kredit macet, karena beberapa debitur mengajukan restrukturisasi tapi tidak mampu membayar cicilan ketika periode restrukturisasi selesai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper