Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Fama Akan IPO Awal Januari 2021, Begini Peluangnya Menurut Ekonom

Demikian pula, aksi initial public offering (IPO) perusahaan perbankan akan bisa berjalan sukses jika perusahaan menunjukkan kinerja yang baik dan tingkat kredit bermasalah non performing loan (NPL) yang rendah.
Logo Bank Fama/bankfama.co.id
Logo Bank Fama/bankfama.co.id

Bisnis.com, JAKARTA - Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan aksi penawaran perdana saham akan mendapat respon positif dari masyarakat selagi perusahaan menunjukkan fundamental bisnis dan keuangan yang kuat.

Demikian pula, aksi initial public offering (IPO) perusahaan perbankan akan bisa berjalan sukses jika perusahaan menunjukkan kinerja yang baik dan tingkat kredit bermasalah non performing loan (NPL) yang rendah. Hal ini dia sampaikan merespons rencana PT Bank Fama International untuk melantai di bursa efek Indonesia pada awal Januari 2021. 

"Selama fundamental keuangan dan bisnisnya bagus, masih akan dilirik oleh investor. Apalagi banyak investor asing yang berinvestasi di bank-bank Indonesia," katanya, Selasa (15/12/2020).

Sebelumnya diberitakan, Bank Fama bakal menambah jumlah emiten bank di Bursa sehubungan dengan rencana perseroan untuk IPO. Dana hasil penawaran umum perdana saham digunakan untuk memperkuat struktur permodalan sesuai dengan POJK 12/2020.

Adapun, dalam prospektus ringkas yang termuat di laman IDX, bank berbasis di Bandung tersebut mencatat laba setelah pajak perseroan untuk periode 6 bulan yang berakhir pada 30 Juni 2020 sebesar Rp640,38 juta, menurun Rp6,71 miliar atau 91,29% bila dibandingkan periode 6 bulan yang berakhir pada 30 Juni 2019 sebesar Rp7,35 miliar. Penurunan ini terutama disebabkan oleh meningkatnya beban operasional lainnya sebesar Rp4,87 miliar.

Dari sisi kredit, Bank Fama mencatat kredit yang diberikan perseroan pada 30 Juni 2020 sebesar Rp827,90 miliar atau turun 2,64% dibandingkan dengan posisi 31 Desember 2019 sebesar Rp850,33 miliar. Penurunan ini terutama disebabkan oleh menurunnya kredit yang diberikan kepada pihak ketiga berupa kredit investasi.

Adapun, berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2020, rasio NPL gross tercatat 5,76% per 30 Juni 2020, naik dari 4,85% per 30 Juni 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Azizah Nur Alfi
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper