Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertumbuhan Kredit Awal Tahun Diramal Belum Bisa 'Ngegas'

Adapun, pertumbuhan kredit pada kuartal pertama tahun lalu ada 7,2 persen secara tahunan. Namun, tren ini justru berbalik arah ke -2,41 persen secara tahunan pada akhir 2020.
Karyawan merapikan uang di cash center Bank BNI, Jakarta, Selasa (11/2/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawan merapikan uang di cash center Bank BNI, Jakarta, Selasa (11/2/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA -- Kinerja kredit awal tahun diperkirakan masih akan terkontraksi walau sejumlah indikator ekonomi mulai membaik.

Adapun, Bank Indonesia (BI) memperkirakan kebutuhan pembiayaan korporasi terindikasi meningkat pada triwulan I/2021, terutama untuk mendukung aktivitas operasional.

Saldo Bersih Tertimbang (SBT) kebutuhan pembiayaan korporasi pada 3 bulan mendatang sebesar 17,1 persen. Sementara itu, SBT perkiraan penyaluran kredit baru Januari 2021 sebesar 53,1 persen yang lebih tinggi dibandingkan dengan SBT perkiraan penyaluran kredit baru Desember 2020 sebesar 42,8 persen.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah mengakui ada sejumlah indikator serta kegiatan ekonomi yang mulai meningkat tahun ini dan dapat meningkatkan penyaluran kredit, khususnya modal kerja.

Namun, dia mengatakan kontraksi kredit tahun lalu tergolong sangat dalam dan sulit untuk dapat mengembalikannnya ke tren positif dalam waktu cepat.

"Akhir tahun lalu terkontraksi dan tidak akan dapat membuatnya berbalik dengan cepat. Kita perlu sadari kuartal pertama tahun lalu kredit juga masih tumbuh moderat," sebutnya, Senin (18/1/2021).

Adapun, pertumbuhan kredit pada kuartal pertama tahun lalu ada 7,2 persen secara tahunan. Namun, tren ini justru berbalik arah ke -2,41 persen secara tahunan pada akhir 2020.

Dia menyampaikan perbankan masih akan wait and see dan fokus pada restrukturisasi untuk menjaga kualitas kredit. Ekspansi pada debitur baru bahkan dilakukan dengan sangat ketat, meski modal dan likuiditas tersedia cukup.

Di samping itu, Piter berpendapat tren pelunasan kredit dari masyarakat masih lebih tinggi dibandingkan dengan pengambilan fasilitas kredit baru.

"Pelaku usaha juga masih akan menunggu kinerja ekonomi kembali optimal sebelum mengajukan atau mencairkan fasilitasnya," katanya.

Ketua Bidang Kajian dan Pengembangan Perbanas Aviliani menyampaikan kondisi ekonomi tahun ini masih sangat menantang.

Belanja pemerintah yang agresif diperkirakan masih belum dapat direalisisi lantaran keterbatasan anggaran dan pola belanja pemerintah.

Pemerintah bahkan masih cukup konsisten melakukan pembatasan kegiatan ekonomi yang membuat operasional pelaku usaha tertekan.

"Untuk target kredit tahun ini dari OJK [7,5 persen] maupun BI [9 persen], saya rasa masih sangat berat. Kalau bisa belanja lebih cepat maka pertumbuhan kredit bisa naik sekitar 4 persen, kalau tidak ya tetap rendah di kisaran 3 persen," katanya, Minggu (17/1/2021).

Untuk awal tahun, Aviliani menyampaikan kondisi belanja pemerintah yang tidak agresif membuat penyaluran kredit juga tidak dapat begitu diandalkan.

Terlebih, pelaku usaha saat ini dalam kondisi likuid sehingga belum membutuhkan kredit untuk operasionalnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper