Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspansi, Investree jadi P2P Lending UMKM Pertama di Filipina

Ekspansi ke Filipina jadi yang terlebih dahulu terealisasi. Sementara untuk Thailand, masih berproses memperoleh lisensi dari Security and Exchange Commission (SEC).
Ketua Umum Asosiasi Pendanaan Fintech Bersama Indonesia yang juga CEO Investree Adrian A. Gunadi di Jakarta, Kamis (28/3/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan
Ketua Umum Asosiasi Pendanaan Fintech Bersama Indonesia yang juga CEO Investree Adrian A. Gunadi di Jakarta, Kamis (28/3/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - Platform teknologi finansial peer-to-peer (fintech P2P) lending PT Investree Radhika Jaya atau Investree lewat induk usahanya mencoba peruntungan berekspansi ke Filipina dan Thailand. 

Adrian Gunadi, Co-Founder & CEO Investree, menjelaskan bahwa ekspansi ke Filipina jadi yang terlebih dahulu terealisasi. Sementara untuk Thailand, masih berproses memperoleh lisensi dari Security and Exchange Commission (SEC). 

"Periode 2021, Investree akan fokus di tiga negara. Investree Filipina bahkan menjadi platform crowdfunding pertama yang mendapatkan izin P2P lending dari SEC di sana. Sementara, target mulai beroperasi di Thailand juga pada tahun ini," ungkapnya, Rabu (3/2/2021). 

Adrian menjelaskan bahwa ekspansi Investree ke dua negara Asia Tenggara ini tak lepas dari kerja sama dengan para pemain lokal, seperti East West dan Filinvest di Filipina, serta 2C2P, Pantavanij, dan FlowAccount di Thailand. 

Adapun untuk pengembangan bisnis di Indonesia, pria yang juga Chairman Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) ini menjelaskan bahwa Investree akan mengusung tema Beyond Lending. 

Di mana holding Investree Group akan merambah bisnis AI credit scoring, memaksimalkan layanan e-invoicing besutannya bertajuk Billtree, serta menambah portofolio penyaluran kepada usaha mikro lewat memperkuat kerja sama dengan berbagai ekosistem digital. 

Turut hadir Kok Chuan Lim, Co-Founder & CEO Investree Philippines, yang menjelaskan bahwa permasalahan akses permodalan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Filipina tak berbeda jauh dengan Indonesia. 

Di mana sekitar 998 ribu UMKM masih didominasi unbankable atau tidak terlayani layanan pembiayaan dari lembaga keuangan konvensional, dengan potensi credit gap mencapai US$221,79 miliar. 

"Jadi, sama seperti di Indonesia, Investree Filipina pada awal berdiri akan menyasar usaha menengah dan kecil yang tergolong sebagai missing middle. Padahal, ada 68 persen lapangan kerja di Filipina yang bernaung dari kalangan ini, berkontribusi 35 persen GDP, dan berkontribusi 25 persen terhadap nilai ekspor," jelasnya. 

Terlebih, pria yang akrab disapa KC ini, mengungkap baru ada dua lembaga keuangan tradisional yang menyasar kredit UMKM. 

Jauh apabila dibandingkan pemain kredit konsumtif di Filipina yang tercatat mencapai 19 pemain dan 17 lembaga perbankan yang tentu mengincar penyaluran kredit kepada bisnis skala besar. 

KC mengungkap sebagai pemain fintech P2P lending pertama di Filipina, Investree punya peran besar, sekaligus memiliki tantangan dan peluang tersendiri dalam hal inklusi keuangan. 

"Tentunya langkah awal kita itu membangun trust, kepercayaan, bahwa kami reliable dan bisa jadi alternatif lembaga keuangan tradisional. Selain itu, tantangan kami ada di infrastruktur digital dari calon partner strategis. Tapi melihat market size yang besar, kami yakin bisa berkembang dengan cepat," tutupnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper