Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OJK: Ada Corona atau Tidak, Transaksi Digital Perbankan Terus Melaju

Tony Deputi, Direktur Arsitektur Perbankan Indonesia OJK, mengatakan transaksi daring meningkat signifikan selama pandemi Covid-19.
Karyawan minimarket menggesekan kartu debit di mesin Electronic Data Capture (EDC), di Jakarta, Selasa (5/9)./ANTARA-Muhammad Adimaja
Karyawan minimarket menggesekan kartu debit di mesin Electronic Data Capture (EDC), di Jakarta, Selasa (5/9)./ANTARA-Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai digitalisasi bank sudah menjadi keniscayaan. Pasalnya, masyarakat sudah terbiasa hidup dengan mengadopsi teknologi.

Tony Deputi, Direktur Arsitektur Perbankan Indonesia OJK, mengatakan transaksi daring meningkat signifikan selama pandemi Covid-19. Pada maret 2020 terjadi 122 juta penjualan dan Agustus 2020 menjadi 280 juta penjualan.

Dia melanjutkan dari sisi bank digital justru ada fenomena unik, di mana sebelum ada pandemi pun transaksi secara daring sudah mengalami peningkatan setiap tahunnya.

“Namun, memang pada tahun lalu meningkatnya cukup drastis yaitu pada Desember 2020 mencapai Rp27.306 Triliun. Dan pada 2021 diperkirakan akan meningkat lebih jauh lagi hingga Rp32.206 triliun,” ujarnya lewat diskusi virtual bersama Bisnis, Selasa (9/2/2021).

Dia memprediksi ke depan perbankan nasional akan melakukan pengurangan infrastruktur luring seperti kantor. Artinya, bank mulai berfokus pada pengalihan transaksi ke digital.

Menurutnya, pada 2030 akan terjadi empat evolusi di industri perbankan, yaitu terkait dengan data, model bisnis, adaptasi regulasi digital, dan penggunaan teknologi.

“Bank akan fokus di teknologi seperti biometrik, kecerdasan buatan, komputasi awan, quantum computing sehingga investasi IT menjadi kebutuhan utama, dan memang akan merubah pola bisnis dengan adanya IT yang kuat dan bagus,” katanya.

Lebih lanjut, dia melihat saat ini perbankan sudah mulai melakukan investasi terhadap IT. Namun, perbandingan investasi IT di beberapa negara Asean memang rata-rata masih di bawah 1 persen bank di Asean dari total asetnya.

“Paling tinggi di Singapura dengan persentase 6,4 persen dari total pendapatan dan 0,15 persen dari total asetnya, sedangkan Indonesia berada di 2,5 persen dari total pendapatannya dan 0,18 persen dari total asetnya,” ujarnya.

Tony mengatakan bahwa dari OJK telah memperkenankan bank untuk memanfaatkan komputasi awan. Namun, dengan tetap memperhatikan langkah pengendalian agar menghasilkan sistem dan data yang terjaga kerahasiaannya dan membantu proses perbankan dalam transformasi digital menjadi lebih cepat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Akbar Evandio
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper