Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG dan Rupiah Merah Akibat US Treasury, Ini Komentar Bank Indonesia

BI menilai pergerakan imbal hasil atau yield US Treasury lebih mencerminkan optimisme pertumbuhan ekonomi AS yang semakin baik. BI yakin aliran modal asing akan kembali masuk di semester II tahun ini.
Karyawan keluar dari pintu salah satu gedung Bank Indonesia di Jakarta, Senin, (20/1/2020).  Bisnis/Abdullah Azzam
Karyawan keluar dari pintu salah satu gedung Bank Indonesia di Jakarta, Senin, (20/1/2020). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menegaskan dampak kenaikan imbal hasil US Treasury di Tanah Air lebih merefleksikan optimisme pasar atas progress yang bagus dari vaksinasi di Amerika Serikat.

Seperti diketahui, Amerika Serikat (AS) menargetkan herd immunity 70 persen pada Juni atau Juli tahun ini.

Hal ini ditambah beberapa indikator utama makro di AS yang membaik sehingga proyeksi pertumbuha ekonomi AS pada tahun ini bisa mecapai 6,5 persen dan inflasi di atas 2 persen.

"Kenapa Federal Reserve tidak khawatir dengan inflasinya karena indikator inflasi Federal Reserve adalah FITF [Flexible Inflation Targeting Framework] dimana ukuran inflasi tidak satu titik tapi beberapa titik/periode," ujar Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Haryadi Ramelan kepada Bisnis, Jumat (19/3/2021).

Bank Sentral AS, menurutnya, masih meyakini inflasi pada 2022 akan di bawah 2 persen. Oleh karena itu, pergerakan imbal hasil atau yield US Treasury lebih mencerminkan optimisme pertumbuhan ekonomi AS yang semakin baik.

"BI Tetap melihat dari sisi positif bahwa recovery ekonomi AS justru akan memberi ruang meningkatnya permintaan impor [AS] dari emerging countries," paparnya.

Apabila titik keseimbangan sudah tercapai, BI yakin akan ada inflow mengalir kembali ke Indonesia. "At the soonest mungkin semester II tahun ini sampai dengan 2022," ujar Haryadi.

Dengan pendekatan ini, dia menambahkan beberapa investor global juga melihat prospek dolar AS melemah. Haryadi menegaskan BI akan senantiasa ada di pasar mengawal keseimbangan pasokan dan permintaan valuta asing secara terukur dalam waktu yang tepat.

Indeks harga saham gabungan (IHSG) bergerak ke zona merah pada perdagangan Jumat (19/3/2021). IHSG terpantau melemah 0,18 persen atau 11,58 poin ke level 6.336,25 pada pukul 10.05 WIB, setelah dibuka melemah tipis 0,03 persen atau 1,82 poin ke level 6.346,01 pada awal perdagangan.

Pergerakan IHSG ini masih dipengaruhi oleh sentimen imbal hasil obligasi AS dan pandangan Fed yang cenderung dovish.

Siang ini, nilai tukar rupiah di pasar spot terpantau melemah 46 poin atau 0,32 persen ke level Rp14.456 per dolar AS pada pukul 11.21 WIB. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau menguat 0,009 poin atau 0,01 persen ke level 91,853 pada pukul 11.15 WIB.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hadijah Alaydrus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper