Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BTPN Bukukan Laba Rp971 Miliar pada Kuartal I/2021

Realisasi tersebut ditopang oleh beban bunga yang turun serta biaya kredit yang lebih rendah.
Pejalan kaki melintas di dekat logo PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. di Jakarta, Selasa (16/10/2018)./JIBI-Dedi Gunawan
Pejalan kaki melintas di dekat logo PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. di Jakarta, Selasa (16/10/2018)./JIBI-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank BTPN Tbk. mencatatkan laba bersih senilai Rp971 miliar pada periode tiga bulan pertama 2021.

Nilai tersebut naik 29 persen year-on-year (yoy) dari Rp752 miliar dari posisi yang sama tahun lalu.

Hal ini ditopang oleh beban bunga yang turun sebesar 38 persen yoy dari Rp1,61 triliun menjadi Rp991 miliar, serta biaya kredit yang lebih rendah sebesar 60 persen dari Rp411 miliar menjadi Rp164 miliar.

Direktur Utama Bank BTPN Ongki Wanadjati Dana mengatakan bersyukur Bank BTPN berhasil mencatatkan laba bersih di tengah kondisi pandemi Covid-19.

“Kami patut bersyukur bahwa Bank BTPN telah dapat membukukan pertumbuhan laba bersih di tengah kondisi yang mulai membaik,” ujar Ongki dalam keterangan resmi yang diterima pada Rabu (28/4/2021)

Penurunan beban bunga yang dicatat Bank BTPN sejalan dengan tren penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dan peningkatan saldo dan rasio dana murah (current account saving account/CASA) yang berakibat pada penurunan biaya dana.

Sementara, biaya kredit pada kuartal I/2021 menurun akibat penyesuaian metode penerapan PSAK 71.

Pendapatan bunga bersih Bank BTPN turun 4 persen yoy dari Rp2,91 triliun ke Rp2,79 triliun. Penurunan pendapatan bunga bersih tetap terjaga rendah seiring dengan berkurangnya beban bunga.

Dengan permintaan kredit yang masih rendah akibat dampak dari pandemi, total kredit yang disalurkan Bank BTPN per akhir Maret 2021 mengalami penurunan sebesar 15 persen (yoy) ke posisi Rp132,68 triliun.

Selain karena masih rendahnya permintaan kredit, kondisi pandemi memicu sejumlah debitur untuk melunasi kredit mereka sebelum jatuh tempo.

Penurunan kredit juga terjadi akibat penurunan nilai portofolio kredit dalam mata uang asing, yang jika dampak dari translasi ini dikeluarkan, total kredit yang disalurkan hanya turun sebesar 12 persen (yoy).

Rasio gross NPL BTPN berada di level 1,42 persen, masih relatif rendah dibandingkan dengan rata-rata industri yang tercatat sebesar 3,21 persen pada akhir Februari 2021.

“Strategi kami dalam memberikan kredit adalah dengan selektif dan hati-hati. Kami juga melakukan restrukturisasi kredit sesuai ketentuan OJK. Hal ini membantu kami menjaga rasio gross NPL tetap di level yang sehat,” kata Ongki.

Dana pihak ketiga Bank BTPN tetap tumbuh sebesar 2 persen (yoy) dari Rp97,12 triliun pada akhir Maret 2020 menjadi Rp98,93 triliun pada akhir Maret 2021.

Hal ini didukung oleh meningkatnya sumber dana murah atau CASA, dari Rp 28,03 triliun menjadi Rp 30,56 triliun. Dengan adanya kenaikan dana pihak ketiga, Bank BTPN dapat mengurangi jumlah borrowing untuk turut menjaga pendapatan bunga bersih.

Bank BTPN juga menjaga rasio likuiditas dan pendanaan berada di tingkat yang sehat, dengan liquidity coverage ratio (LCR) mencapai 199,70 persen dan net stable funding ratio (NSFR) 115,6 persen pada posisi 31 Maret 2021.

Perseroan mencatat penurunan aset sebesar 12 persen(yoy), dari Rp 199,67 triliun menjadi Rp 174,72 triliun, dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) 27,5 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper