Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jiwasraya: Kasus Kami Jadi Pembelajaran Penting

Bisnis asuransi jiwa menghadapi proses manajemen risiko yang lebih menantang dibandingkan dengan lembaga jasa keuangan lainnya.
Warga melintasi logo Asuransi Jiwasraya di Jakarta, Senin (5/10/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Warga melintasi logo Asuransi Jiwasraya di Jakarta, Senin (5/10/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Persoalan yang menimpa PT Asuransi Jiwasraya (Persero) dinilai akan menjadi pembelajaran besar bagi industri asuransi, khususnya dalam menerapkan prinsip-prinsip utama dalam menjalankan bisnis proteksi. 

Ketua Tim Solusi Jangka Menengah Restrukturisasi Polis Jiwasraya Angger P. Yuwono menjelaskan bahwa para pelaku industri asuransi jiwa tentu sudah memahami prinsip dasar dari bisnis proteksi yakni premi dibayarkan di depan dan manfaat dibayarkan di belakang. Bahkan, jauh di belakang, yakni saat tertanggung wafat.

Hal tersebut membuat bisnis asuransi jiwa menghadapi proses manajemen risiko yang lebih menantang dibandingkan dengan lembaga jasa keuangan lainnya. Namun, acapkali terjadi penyelenggaraan bisnis yang tidak sesuai prinsip seperti yang sebelumnya terjadi di Jiwasraya.

"Saya dulu [sebelum bergabung ke Jiwasraya] sudah mendengar selentingan insolvensi di Jiwasraya, insolvensi kecil, dan itu berpeluang menjadi insolvensi yang lebih besar," ujar Angger dalam Dialog Bisnis bertajuk Menakar Prospek Industri Asuransi di Tengah Pandemi Covid-19 yang digelar Bisnis Indonesia pada Jumat (21/5/2021).

Menurutnya, kondisi insolvensi seperti yang terjadi di Jiwasraya kala itu berpotensi memacu perusahaan asuransi mencari siasat untuk menutup celah masalah tersebut. Dalam konteks Jiwasraya, penerbitan produk saving plan menjadi salah satu siasat karena dapat mendatangkan premi besar.

Sayangnya, cara itu membuat persoalan insolvensi menjadi pecah dan mengakibatkan gagal bayar. Alhasil, upaya penyelamatan polis melalui restrukturisasi ke PT Asuransi Jiwa IFG (IFG Life) dilakukan.

"Kalau posisi aset di bawah liabilitas, maka ada peluang perusahaan ingin mendapatkan return yang lebih besar jadi mengejar aset tidak berkualitas. Apalagi, dengan cara menjual produk yang kemudian berisiko berakhir dengan keterpurukan," ujarnya.

Angger pun menyatakan bahwa masalah yang terjadi di Jiwasraya akan menjadi pembelajaran penting bagi perusahaan-perusahaan asuransi jiwa dalam menerapkan tata kelola perusahaan dan memenuhi prinsip-prinsip dasar bisnis asuransi.

Bergulirnya kasus Jiwasraya, penyebaran virus corona, dan dampak ekonomi dari pandemi dinilai akan menimbulkan tantangan tersendiri bagi industri asuransi. Namun, Angger meyakini industri akan terus berupaya menjaga kualitas bisnisnya dan mempertahankan kepercayaan masyarakat.

"Saya percaya dengan ungkapan at the and of the day, only the trusted can survive. Ini sangat tepat dalam konteks asuransi," ujar Angger.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper