Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Multifinance Masih Optimistis Kredit Baru Naik di Era PPKM, Tapi ...

Pembiayaan baru yang dicatatkan multifinance dinilai belum bisa run-off outstanding dari pembayaran cicilan atau pelunasan, ditambah lagi kontrak pembiayaan yang terpaksa berhenti akibat terdampak lonjakan pandemi Covid-19 dan pembatasan sosial 'jilid II'.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - Industri pembiayaan (multifinance) masih optimistis pembiayaan baru masih bisa meningkat ketimbang 2020, namun masih berat untuk mengembalikan piutang pembiayaan yang telah terkontraksi akibat pandemi.

Pasalnya, pembiayaan baru yang dicatatkan multifinance dinilai belum bisa run-off outstanding dari pembayaran cicilan atau pelunasan, ditambah lagi kontrak pembiayaan yang terpaksa berhenti akibat terdampak lonjakan pandemi Covid-19 dan pembatasan sosial 'jilid II'.

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno yang sebelumnya memproyeksi bahwa piutang pembiayaan industri bisa tumbuh di kisaran 5 persen pada akhir 2021, mengungkapkan bahwa potensi kontraksi kembali membesar.

Selain karena daya beli masyarakat yang belum pulih dan kecenderungan para pemain yang lebih mengutamakan kualitas aset, sentimen penolong seperti subsidi pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) yang belum optimal akibat terhambat beberapa kondisi di lapangan.

Direktur Utama PT BCA Finance Roni Haslim mengamini bahwa target pihaknya yang mematok pembiayaan baru mencapai kisaran Rp30 triliun masih bisa terkejar, namun aset piutang pembiayaan masih berat untuk kembali seperti semula.

"Ini karena pembiayaan baru kita per Juni memcapai Rp12,1 triliun, lebih tinggi 33 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Optimisme menggapai target tahun ini memang sangat tergantung seberapa lama PPKM darurat ini, dan pertumbuhan aset juga agak berat kalau pembiayaan baru turun lagi," jelasnya kepada Bisnis, Senin (19/7/2021).

Roni sempat mengungkapkan pembiayaan baru sebenarnya sudah sempat menutup run-off pada semester I/2021 sehingga pertumbuhan masih bisa terjadi. Namun, pembatasan sosial yang dimulai sejak awal Juli 2021 pun kembali menimbulkan tanda tanya.

Pandemi Covid-19 sempat memukul kinerja anak usaha PT Bank Central Asia Tbk. ini hanya di Rp15,78 triliun atau turun jauh dari penyaluran pembiayaan baru pada 2019 sebesar Rp33,2 triliun. Aset perusahaan pun turun dari Rp10,87 triliun pada 2019 ke Rp8,53 triliun pada 2020, akibat penurunan drastis dari piutang pembiayaan kelolaan setelah pencadangan, tepatnya dari Rp9,47 triliun menjadi Rp6,89 triliun.

EVP Corporate Communication & Strategic Management Astra Credit Companies (ACC) Arifianto Soendoro mengungkapkan hal serupa, di mana optimisme terkait pertumbuhan pembiayaan baru masih bisa terkejar.

"Sementara ini mungkin akan tersendat karena PPKM. Kita masih wait and see berapa lama dan bagaimana pandemi bisa turun, tapi kalau target belum ada revisi, kita proyeksi masih naik 15-20 persen," jelasnya.

Pada 2020, aset piutang pembiayaan konsumen ACC tercatat masih meningkat, namun aset total mengalami penurunan Rp549 miliar atau 1,7 persen (yoy) dibandingkan Rp31,98 triliun pada 2019, akibat penurunan piutang pembiayaan muharabah bersih dan investasi bersih dalam sewa pembiayaan.

Adapun, bagi PT CIMB Niaga Auto Finance (CIMB Niaga Finance), justru masih optimistis piutang pembiayaan juga masih mampu mengalami perbaikan.

"Kami masih percaya kalau kebijakan pemerintah berjalan baik dan pandemi bisa ditekan secepatnya, kinerja kuartal IV/2021 masih bisa mengejar perlambatan selama pembatasan sosial ini," jelas Presiden Direktur CIMB Niaga Finance Ristiawan Suherman.

Ristiawan mematok aset pembiayaan CNAF sepanjang 2021 masih mampu tumbuh di kisaran 20 persen (yoy), ditopang pembiayaan baru yang juga tumbuh double digit. Sebelumnya, penyaluran pembiayaan baru CNAF sepanjang periode 2020 mencapai Rp3,75 triliun, atau masih mampu meningkat 5 persen (yoy) dari capaian realisasi pembiayaan sepanjang 2019 di Rp3,5 triliun.

Namun demikian, pandemi membuat aset piutang pembiayaan bersih CNAF baik konvensional maupun syariah turun 6,39 persen (yoy) menjadi Rp2,98 triliun, sehingga berimbas ke penurunan total aset dari Rp3,62 triliun pada 2019 menjadi Rp3,55 triliun pada tutup buku 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper