Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mobil Komersial Makin Laris, Leasing Ikut Terimbas

Penjualan pikap terbilang moncer secara bulanan maupun tahunan pada penghujung semester I/2021.
Ilustrasi mobil komersial./Bisnis
Ilustrasi mobil komersial./Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Industri pembiayaan (multifinance) ikut merasakan berkah moncernya penjualan kendaraan komersial atau mobil niaga, terutama dari segmen pikap.

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) sepanjang semester I/2021, wholesales dan retail dari pikap masing-masing mencapai 66.521 unit dan 63.385 unit, atau tercatat naik 80 persen (year-on-year/yoy) dan 57 persen (yoy) ketimbang semester I/2020.

Begitu pula secara bulanan, di mana wholesales-nya mencapai 12.677 unit atau naik 57 persen (month-to-month/mtm) dan retail mencapai 11.843 unit atau naik 27,8 persen. Peringkat pertama penjualan mobil terlaris Indonesia pada Juni 2021 ditempati Suzuki Carry pikap.

Kondisi tersebut berimbas ke industri pembiayaan/multifinance, terlihat dari piutang pembiayaan di segmen mobil pengangkutan menjadi yang terbesar dari klasifikasi barang produktif atau kredit investasi. Nilainya sejak Januari 2020 terbilang telah stabil di kisaran Rp40 triliun, kendati tercatat turun secara tahunan mencapai 13,24 persen (yoy).

Direktur Utama PT BCA Finance (BCA Finance) Roni Haslim mengungkap permintaan kredit kendaraan pelaku usaha, yaitu kendaraan angkut dan segmen fleet atau kendaraan operasional kantor, memang terbilang lebih stabil ketimbang kendaraan penumpang.

"Kami untuk fleet digarap langsung melalui Bank BCA. Tapi untuk kendaraan komersial, kami membiayai mobil pikap juga dengan joint financing [bersama Bank BCA], dan prospeknya memang sangat bagus," ungkapnya kepada Bisnis, Rabu (11/8/2021).

Begitu pula dengan PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance) yang mencatatkan pertumbuhan pembiayaan baru mencapai 17,3 persen (yoy) menjadi Rp11,8 triliun sepanjang semester I/2021, di mana hampir separuhnya disumbang pembiayaan mobil baru dan bekas, termasuk mobil komersial.

"Mobil komersial pada semester ini memang relatif tumbuh sedikit lebih tinggi ketimbang passanger. Ini mencakup truk dan pikap, jadi memang merefleksikan bertumbuhnya perekonomian selama 6 bulan ini," kata Direktur Utama Adira Finance Hafid Hadeli.

Direktur Sales & Distribusi MTF William Francis mengungkap perspektif lain bahwa permintaan kredit mobil penumpang dan mobil komersial sebenarnya sama-sama tengah memulai periode perbaikan.

Terutama, seiring pulihnya perekonomian dari dampak pandemi Covid-19, dan kebijakan diskon pajak barang mewah atau PPnBM untuk beberapa tipe mobil baru. Namun demikian, mobil penumpang pertumbuhannya memang 'belum kentara', akibat keterbatasan stok.

Seperti diketahui, hal ini akibat terdampak pembatasan kegiatan di pabrik produksi dan perakitan kendaraan, serta dampak krisis semikonduktor atau microchip dunia selaku bahan baku 'fitur pintar' untuk mobil-mobil anyar. Keterbatasan supply ini pun dinilai sempat menahan minat masyarakat membeli mobil baru di tengah pemberlakuan PPnBM.

"Jadi kalau kita lihat dari potensi bisnis selama pandemi, memang commercial vehicle menjadi yang lebih bertahan, karena dari availability stock pun cukup baik. Ini sangat berpengaruh. Adapun, untuk mobil operasional, sampai dengan posisi Juni belum terlalu signifikan," jelas William.

MTF sendiri menargetkan penyaluran pembiayaan sektor produktif seperti alat berat, mesin, termasuk mobil niaga, mampu mencapai kisaran 20-30 persen dari total target sepanjang 2021 yang dipatok di Rp20 triliun.

Terakhir, Astra Credit Companies (ACC) menilai kredit mobil komersial seperti pikap kecil, mikro bus, dan truk untuk kendaraan logistik, sangat bergantung dari kinerja pelaku usaha itu sendiri di tengah pandemi. Pasalnya, banyak juga nasabah dalam portofolio di segmen ini yang 'tumbang' karena usahanya masih terdampak pademi.

"Mobil komersial banyak juga yang turun. Terutama angkutan barang seperti truk material, mereka [usahanya] masih sulit. Apalagi seperti bus, terpengaruh sekali dengan pembatasan sosial," jelas EVP Corporate Communication & Strategic Management Astra Credit Companies (ACC) Arifianto Soendoro.

Namun demikian, grup perusahaan pembiayaan anak usaha Astra Financial yang mencakup Astra Sedaya Finance ini masih mampu memperbesar aset per Juni 2021 mencapai Rp32,99 triliun atau naik 4,94 persen (year-to-date/ytd) capaian pada tutup buku 2020.

Kenaikan aset perusahaan  ini terbesar ditopang piutang pembiayaan konsumen yang naik 5,97 persen (ytd) dari sebelumnya Rp25,62 triliun menjadi Rp27,15 triliun per Juni 2021, dan investasi bersih sewa pembiayaan ke pihak ketiga yang juga naik dari Rp1,97 triliun ke Rp2,15 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper