Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penyaluran Pinajaman Modalku di Singapura, Malaysia, dan Thailand Naik 60 Persen

Dari sisi produk, Modalku juga menawarkan produk yang sesuai dengan segmen tersebut. Alhasil, hingga Agustus 2021, penyaluran dana di empat negara tersebut telah mencapai lebih dari Rp25,6 triliun kepada lebih dari 4,7 juta transaksi pinjaman. 
Reynold Wijaya (CEO & Co-Founder Modalku) dan Iwan Kurniawan (COO & Co-Founder Modalku). /Istimewa
Reynold Wijaya (CEO & Co-Founder Modalku) dan Iwan Kurniawan (COO & Co-Founder Modalku). /Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Modalku, perusahaan peer to peer (P2P) lending, mengungkapkan penyaluran pinjaman di Singapura, Malaysia dan Thailand mengalami pertumbuhan hingga 60 persen secara tahunan pada Agustus 2021.

Co-Founder dan CEO Modalku Reynold Wijaya mengatakan dalam berkiprah di negara-negara tersebut, Modalku menjalankan bisnis model yang tidak jauh berbeda dengan di Indonesia. 

Modalku mengincar bisnis tetap UMKM, mulai dari segmen mikro hingga menengah, karena sesuai dengan visi utama Modalku, yaitu mendukung UMKM berpotensi untuk mendapatkan akses ke pendanaan. 

Dari sisi produk, Modalku juga menawarkan produk yang sesuai dengan segmen tersebut. Alhasil, hingga Agustus 2021, penyaluran dana di empat negara tersebut telah mencapai lebih dari Rp25,6 triliun kepada lebih dari 4,7 juta transaksi pinjaman. 

“Jumlah penyaluran ini juga mengalami peningkatan sebesar 60 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya,” kata Reynold kepada Bisnis, Senin (30/8). 

Adapun mengenai rencana untuk ekspansi ke negara baru termasuk ke Vietnam, kata Reynold, sampai saat ini, Grup Modalku masih akan fokus untuk melakukan penetrasi pasar di Singapura, Malaysia, serta Thailand karena potensinya masih sangat besar. 

“Namun, tidak menutup kemungkinan kedepannya kami akan melakukan ekspansi ke area yang baru. Jika kami akan melakukan ekspansi, pasti akan kami informasikan,” kata Reynold. 

Reynold mengatakan tantangan terbesar dalam mengembangkan layanan di ketiga negara adalah mencari cara yang tepat untuk meningkatkan inklusi keuangan di masing-masing negara. 

Tantangan lainnya, kata Reynold, adalah edukasi dan informasi kepada para pelaku UMKM khususnya segmen mikro agar lebih memahami pendanaan digital yang dapat dijadikan solusi untuk pengembangan bisnis mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper