Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Debitur 'High Risk' Masih Tinggi, Multifinance Perlu Hati-Hati

Kehati-hatian masih diperlukan, karena titik pergeseran risk grade baru terjadi pada Desember 2020.
Multifinance/Istimewa
Multifinance/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Lembaga pengelola informasi perkreditan sekaligus jasa credit scoring dan analisa kredit PT Pefindo Biro Kredit (IdScore), menyarankan lembaga keuangan masih harus lebih konservatif dalam menyalurkan pembiayaan kepada calon debitur.

Yohanes Arts Abimanyu, Direktur Utama Pefindo Biro Kredit, menjelaskan hal ini menilik masih tingginya persentase debitur berisiko tinggi dan sangat tinggi di Indonesia akibat dampak pandemi Covid-19.

"Kalau kita lihat terjadi pergeseran yang signifikan karena pada awal pandemi kategori high risk dan very high risk berada di level 45,5 persen, sementara pada bulan Juni 2021 hingga saat ini, kedua kategori tersebut berada pada level 69,9 persen," jelasnya kepada Bisnis, Selasa (31/8/2021).

Yohanes menjelaskan kehati-hatian masih diperlukan, karena titik pergeseran risk grade tersebut baru terjadi pada Desember 2020, di mana profil debitur berisiko rendah (low risk) dan menengah (average) sudah pada level sama dengan high risk dan very high risk.

Setelah itu, atau memasuki periode 2021, profil debitur high dan very high risk masih meningkat, sementara profil low dan average mengalami penurunan. Ini menunjukkan bahwa perubahan profil risiko debitur sebagai dampak pandemi Covid-19 masih terjadi.

Oleh karena itu, IdScore menyarankan lembaga keuangan, termasuk pelaku industri pembiayaan (multifinance atau leasing) masih perlu melakukan pemantauan risiko kredit, baik sebelum menyalurkan kredit dan pada saat kredit sudah diberikan.

"Sejak pandemi, memang terlihat perubahan dari sisi profil risiko debitur yang cenderung meningkat. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi lembaga keuangan termasuk multifinance yang di satu sisi dituntut untuk mengejar target pembiayaan, sementara di sisi lain perlu menjaga kualitas portfolio pembiayaan dan mencegah kenaikan NPF. Pemantauan secara rutin atas kualitas portfolio dan kemampuan pembayaran hutang debitur masih diperlukan," tutupnya.

Namun demikian, Yohanes melihat geliat portofolio pelaku industri pembiayaan yang menjadi member IdScore tampak masih menunjukkan nilai yang stabil di Rp293 triliun per semester I/2021, yang artinya penyaluran kredit sudah mulai berjalan kembali.

"Setelah sebelumnya turun, tren peningkatan mulai terlihat sejak April 2021. Kami melihat bahwa Insentif Pajak Penjualan atas Barang Mewah Ditanggung Pemerintah [PPnBM-DTP] berdampak efektif terhadap penjualan mobil dan permintaan pembiayaan," ungkapnya.

Menurutnya, apabila penyebaran virus Covid-19 mulai terkendali, level pembatasan sosial (PPKM) turun, dan kondisi perekonomian membaik, maka aktivitas penyaluran kredit yang tergambar lewat permintaan laporan perkreditan akan membaik pada kuartal III/2021.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper