Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Fintech Alternatif Investasi dan Wealthtech Bakal jadi Primadona Investor

Melonjaknya investor ritel dan investor pemula Tanah Air merupakan indikator paling terlihat dari mata modal ventura, angel investor, maupun investor startup global.
Ilustrasi teknologi finansial/Flickr
Ilustrasi teknologi finansial/Flickr

Bisnis.com, JAKARTA - Investor memproyeksi platform teknologi finansial (tekfin/fintech) yang bakal tumbuh pesat dan menjadi tren di kalangan masyarakat Indonesia bakal didorong oleh para pemain di klaster wealth-tech dan penyedia alternatif investasi.

Bendahara Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) sekaligus Co-founder & Managing Partner Gayo Capital (Ideosource Green Initiative), Edward Ismawan Chamdani mengungkap bahwa melonjaknya investor ritel dan investor pemula Tanah Air merupakan indikator paling terlihat dari mata modal ventura, angel investor, maupun investor startup global.

Tak heran, muncul fenomena seperti platform Ajaib yang kini menembus valuasi unikorn hanya dari putaran pendanaan Series-B. Sebelumnya, platform Bibit juga tampak mencolok karena langsung mendapat 'dana segar' bertubi-tubi, lewat putaran pendanaan Series-A dan Series-B yang keduanya berlangsung pada semester I/2021.

Belum lagi ditambah platform Pluang yang kini telah menutup putaran Series-B di US$55 juta, setelah sebelumnya membukanya dengan pre-series B dan mendapatkan US$20 juta pada Maret lalu. Terkini, Moduit pun dikabarkan akan mendapatkan suntikan dana dari salah satu konglomerasi besar Tanah Air.

Di samping itu, Edward menambahkan di samping platform penyedia instrumen investasi konvensional seperti reksadana dan saham, fintech yang mengakomodasi alternatif investasi pun diproyeksi bakal jadi primadona.

Contohnya, marketplace pendanaan bersama atau peer-to-peer (P2P) lending, penerbit saham dan surat utang UMKM atau securities crowdfunding (SCF), aggregator instrumen investasi yang belum tersentuh digitalisasi, sampai platform cryptocurrency.

"Terlihat konsumen sekarang mulai shifting ke pilihan produk investasi yang lebih bervariasi dan fully digital. Jadi, alternatif investasi juga dilirik. Kelihatannya, menurut saya, P2P masih tertahan karena lagi kena pressure dari otoritas, yang lain betul akan menarik buat para investor," ujarnya kepada Bisnis, Minggu (7/11/2021).

Hal ini turut tercermin dari langkah East Ventures menambah portofolio fintech miliknya ke pemain fintech P2P lending sekaligus funding agent di putaran early stage, yaitu Komunal besutan PT Komunal Finansial Indonesia.

Alasannya, Komunal memiliki inovasi baru yang bertujuan ikut membawa Bank Perkreditan Rakyat (BPR) naik kelas lewat ikut membantu mengoptimalkan instrumen deposito mereka lewat platform Komunal Deposito BPR.

Sekadar informasi, platform ini memungkinkan pengguna mengembangkan asetnya lewat instrumen deposito terbitan BPR yang tergabung di Komunal, di mana semua sudah berizin OJK dan pasti dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Komunal bisa membantu problem utama dari dua tipe BPR. Pertama, yang memiliki likuiditas cukup tapi masih kesulitan dalam menyalurkan pinjaman ke UMKM di kawasannya. Kedua, sebaliknya, yaitu BPR yang sudah punya kanal penyaluran kredit yang besar tapi likuiditas atau pengumpulan dana pihak ketiganya rendah.

"Jadi walaupun masih baru, fintech seperti Komunal ini memiliki problem statement yang jelas dan beda. Tentu kami tidak akan invest ke fintech yang inovasinya sama dan begitu-gitu saja," ungkap Willson Cuaca, Co-Founder & Managing Partner East Ventures dalam diskusi terbatas bersama media beberapa waktu lalu.

Terakhir, CEO Mandiri Capital Indonesia sekaligus Sekretaris Jenderal Amvesindo Eddi Danusaputro pun sepakat bahwa gairah investasi yang tengah menjadi tren bakal membawa pemain wealthtech makin prospektif.

"Pandemi membuat kita punya banyak waktu luang, investor pemula pun jadi rajin cari-cari informasi. Maka, mereka butuh platform, tools yang mudah buat memilih dan mempelajari berbagai instrumen. Terutama buat investor di generasi muda, ya, millenial dan Gen Z. Jangan lupa juga faktor FOMO [fear of missing out], fenomena ini kan, sudah jadi tren," ungkapnya kepada Bisnis.

Adapun, dari kaca mata investor, Eddi menyebut fintech apapun sebenarnya akan terus jadi primadona, karena secara umum lebih mudah 'cuan'. Pasalnya, model bisnis dan cara monetisasinya sudah jelas terlihat, manfaat buat penggunanya besar, serta tidak perlu agresif terkait customer acquisition cost.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper