Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Mandiri (BMRI) Sebut LCS Kurangi Ketergantungan Terhadap Dolar AS

Penerapan local currency settlement atau LCS dapat mengurangi ketergantungan pasar keuangan domestik Indonesia terhadap mata uang internasional dalam melakukan transaksi bilateral.
(Kiri ke kanan)Direktur Utama Mandiri Sekuritas Dannif Danusaputro, Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri Panji Irawan, Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi, Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro dalam Mandiri Investment Forum 2021. Istimewa
(Kiri ke kanan)Direktur Utama Mandiri Sekuritas Dannif Danusaputro, Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri Panji Irawan, Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi, Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro dalam Mandiri Investment Forum 2021. Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) menilai penerapan local currency settlement atau LCS dapat mengurangi ketergantungan pasar keuangan domestik Indonesia terhadap mata uang internasional dalam melakukan transaksi bilateral.

Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri Panji Irawan mengatakan pasar keuangan Indonesia memiliki ketergantungan tinggi terhadap mata uang internasional dalam transaksi bilateral, terutama mata uang dolar Amerika Serikat (AS). 

Oleh karena itu, lanjutnya, perseroan menyambut positif kerangka kerja sama antara Bank Indonesia (BI) dengan bank sentral China. Menurutnya, langkah tersebut akan mempermudah pelaku usaha di Indonesia untuk bertransaksi menggunakan mata uang lokal.

“Ini adalah suatu fakta bahwa kita sebagai warga global market menjawab tantangan serta arah kebutuhan transaksi pelaku usaha ke depannya,” ujarnya dalam webinar yang diselenggarakan Bank Mandiri dan Bisnis Indonesia, Rabu (17/11/2021).

Pada awal September 2021, BI dan bank sentral China People's Bank of China (PBC) resmi memulai implementasi kerja sama penyelesaian transaksi bilateral LCS.

Kerangka kerja sama tersebut disusun berdasarkan Nota Kesepahaman yang telah disepakati dan ditandatangani oleh Gubernur BI, Perry Warjiyo, dan Gubernur PBC Yi Gang.  

Kerangka kerja sama dimaksud meliputi, antara lain, penggunaan kuotasi nilai tukar secara langsung (direct quotation) dan relaksasi regulasi tertentu dalam transaksi valuta asing antara mata uang rupiah dan yuan.

Selain dengan China, saat ini BI juga telah memiliki kerangka kerja sama LCS dengan beberapa negara mitra lainnya, yaitu Jepang, Malaysia, dan Thailand.

Panji mengatakan sejak pertama kali diluncurkan pada tahun 2018, transaksi LCS antara Indonesia dengan Malaysia dan Thailand secara nasional mengalami peningkatan 221 persen dan 91 persen secara year-to-date (ytd) September 2021.

Sementara itu, untuk transaksi dengan Jepang, sejak diluncurkan pada akhir 2020 tercatat volume transaksi LCS setara US$984 juta sampai dengan September 2021.

“Ini menunjukkan bahwa terdapat demand yang signifikan dan terus tumbuh terhadap empat LCS tersebut,” ujar Panji. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dionisio Damara
Editor : Azizah Nur Alfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper