Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom Proyeksi BI Kerek Suku Bunga Acuan hingga 4,25 Persen pada 2022

Proyeksi tersebut sejalan dengan langkah the Fed, bank sentral di Amerika Serikat, yang telah mengisyaratkan kebijakan moneter dari strategi dovish ke hawkish pada 2022.
ilustrasi suku bunga / istimewa
ilustrasi suku bunga / istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan mulai menaikkan suku bunga acuan pada semester I/2022.

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan BI kemungkinan akan menaikkan suku bunga acuan atau BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebanyak tiga kali pada tahun depan.

“Kami memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan tiga kali sebesar 75 basis poin menjadi 4,25 persen pada tahun 2022, kemungkinan besar yang pertama dilakukan pada akhir semester I/2022,” katanya, Kamis (16/12/2021).

Faisal mengatakan, kebijakan tersebut sejalan dengan langkah the Fed, bank sentral di Amerika Serikat, yang telah mengisyaratkan kebijakan moneter dari strategi dovish ke hawkish pada 2022.

The Fed telah mengumumkan akan melakukan pengurangan pembelian aset secara lebih agresif. Di samping itu, the Fed juga memberi sinyal akan menaikkan suku bunga acuan {Federal Funds Rate/FFR) sebanyak tiga kali pada 2022.

“Kemungkinan kenaikan FFR pertama dapat terjadi sekitar Maret hingga Mei 2022,” jelasnya.

Oleh karena itu, Faisal mengatakan kebutuhan BI untuk menjaga stabilitas ke depan menjadi semakin penting.

“Kebutuhan tersebut juga didorong oleh latar belakang penguatan laju inflasi, di tengah percepatan pemulihan ekonomi domestik tahun depan,” tuturnya.

Pada Rapat Dewan Gubernur 15 dan 16 Desember 2021, BI kembali memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 3,5 persen.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan, keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar dan sistem keuangan, di tengah perkiraan inflasi yang rendah dan upaya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.

Dia pun menegaskan, kebijakan suku bunga acuan akan dijaga tetap rendah guna mendukung pertumbuhan ekonomi, hingga ada tanda-tanda peningkatan inflasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Editor : Azizah Nur Alfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper