Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Leasing Menanti Bangkitnya Sektor Manufaktur, Dongkrak Kredit Investasi di 2022

Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) mencatat masih lesunya kinerja perbaikan outstanding industri multifinance terkait barang-barang produktif yang berhubungan dengan sektor manufaktur.
Multifinance/Istimewa
Multifinance/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Industri pembiayaan (multifinance) masih menanti momentum kebangkitan UMKM di sektor manufaktur alias industri pengolahan untuk kembali menambah aset barang produktif.

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno mengungkap hal ini tergambar dari masih lesunya kinerja perbaikan outstanding industri multifinance terkait barang-barang produktif yang berhubungan dengan sektor manufaktur.

"Pabrik-pabrik itu begitu terdampak kondisi perekonomian selama pandemi Covid-19. Mulai dari pembatasan karyawan, order juga lagi turun, sehingga kapasitas produksi juga diturunkan. Jadi wajar saja kalau tidak ada geliat kredit investasi berkaitan mesin-mesin," jelasnya kepada Bisnis, Rabu (22/12/2021).

Sebagai gambaran, berdasarkan statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Oktober 2021, piutang pembiayaan investasi industri multifinance senilai Rp111,17 triliun tumbuh tipis 0,19 persen (year-to-date/ytd). Berhasil melanjutkan tren mulai positif sejak September 2021 sejak keluar dari titik terendahnya pada Juni 2021 senilai Rp106,65 triliun.

Namun demikian, apabila dilihat dari objek pembiayaan berupa barang produktif yang membukukan Rp100,97 triliun tercatat masih terkoreksi 5,5 persen (ytd), kendati terbilang stabil di kisaran Rp100 triliun sejak Mei 2021 dan mulai mengalami tren positif sejak Agustus 2021.

Beberapa objek dengan outstanding bernilai jumbo yang menjadi penahan pertumbuhan, yaitu mesin, alat transportasi air. Komputer, gedung, dan alat-alat percetakan juga masih terkoreksi.

Sisanya sudah mulai positif, seperti mobil pengangkutan dan alat-alat medis. Alat berat juga mulai mengalami tren kenaikan menyamai capaian akhir 2020 walaupun masih turun tipis. Sementara, barang produktif lain-lain juga mulai naik signifikan.

"Alat berat jelas sekali dari mining. Mobil pengangkutan itu macam-macam, termasuk di mining dan konstruksi juga, tapi paling terasa itu dari jasa logistik yang sedang kencang sekali. Jadi tinggal manufaktur, yang semoga tahun depan mulai ada momentum positif," ungkap Suwandi.

APPI dan para anggotanya optimistis bisa turut mendapat berkah dari momentum kebangkitan para pemain industri pengolahan, menilik sektor ini diproyeksi tumbuh 4 persen tahun depan, dengan potensi gelontoran investasi hampir menyentuh sekitar Rp400 triliun.

"Kalau manufaktur sudah banyak order lagi, butuh kredit investasi buat menambah kapasitas produksi, pasti multifinance juga akan ikut tumbuh. Sekarang ini kondisinya kebanyakan belum butuh menambah alat produksi baru. Kalau sudah tidak ada lonjakan kasus pandemi lagi selama 2022, saya yakin beda cerita," tambahnya.

Suwandi mengungkap apabila segmen korporasi termasuk para pemain manufaktur bisa mendorong outstanding kredit investasi bertahan dari koreksi, sementara kredit multiguna perlahan mulai pulih, pertumbuhan total outstanding industri multifinance dipercaya bisa mulai positif 3 persen atau menyentuh kisaran Rp395 triliun di akhir 2022.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Azizah Nur Alfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper