Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi 2022 Makin Pulih, Kredit Perbankan Diproyeksi Tambah Pesat

Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 akan mencapai 4,7 hingga 5,5 persen.
Pegawai menunjukan uang dolar dan rupiah di Jakarta, Senin (15/2/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai menunjukan uang dolar dan rupiah di Jakarta, Senin (15/2/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Tahun 2022 diharapkan menjadi periode pemulihan ekonomi nasional. Sejalan dengan hal itu, laju penyaluran kredit perbankan diperkirakan dapat meningkat lebih pesat.

Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 akan mencapai 4,7 persen hingga 5,5 persen. Hal ini didorong oleh perbaikan ekonomi global, yang berdampak pada kinerja ekspor serta meningkatnya permintaan domestik dari sisi konsumsi dan investasi.

Selain itu, berlanjutnya cakupan vaksinasi, pembukaan sektor ekonomi, serta longgarnya kegiatan sosial diharapkan mampu menggeliatkan kembali roda perekonomian.

Membaiknya ekonomi diharapkan bakal sejalan dengan meningkatnya kinerja kredit perbankan pada tahun ini. Penyaluran kredit tercatat masuk ke zona negatif sejak Oktober 2021. Baru pada Juni 2021, kinerja kredit perbankan naik 0,59 persen secara tahunan (yoy).

Per November 2021, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penyaluran kredit tumbuh 4,82 persen yoy atau 4,17 pesen secara year to date. Realisasi pertumbuhan ini lebih pesat dibandingkan Oktober, yang mencapai 3,24 persen yoy dan 3,21 persen ytd.

“Tahun 2022 dalam pandangan banyak pengamat merupakan titik balik laju pertumbuhan ekonomi dan ini akan disambut baik oleh industri,” ujar Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Amin Nurdin, Senin (3/1/2022).

Menurut Amin, jika semua sektor riil di berbagai industri mulai mengalami pemulihan, laju permintaan kredit perbankan secara otomatis akan terkerek naik.

Optimisme pulihnya dunia usaha juga tercermin dari Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Desember 2021 yang berada di level ekspansif, yakni 53,5. IHS Markit mencatat bahwa kepercayaan bisnis pada tahun ini akan lebih membaik.

Sejalan dengan hal itu, Amin menyatakan laju kredit korporasi dari perbankan akan bergerak pelan, meski ekonomi dan sektor industri memperlihatkan kondisi yang cukup baik.

“Mungkin baru akan melesat tinggi dalam 1 hingga 2 tahun ke depan karena sektor industri yang dilayani, selain korporat khusus, juga memang lebih kepada permintaan yang khusus,” tuturnya.

Optimisme Para Bankir

Sementara itu, sejumlah bankir juga optimistis bahwa kinerja kredit perbankan nasional dapat tumbuh positif pada 2022 selaras dengan harapan pulihnya ekonomi dalam negeri.

Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication PT Bank Central Asia Tbk., Hera F. Haryn mengharapkan pertumbuhan kredit akan tumbuh di kisaran 7 persen hingga 8 persen pada 2022.

“Pertumbuhan tersebut ditopang oleh likuiditas yang masih memadai dan harapan akan pemulihan ekonomi. Dengan demikian, maka dapat mendorong permintaan kredit,” kata Hera.

Direktur Keuangan dan Strategi PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., Sigit Prastowo mengatakan penyaluran kredit perbankan dipercaya masih tetap tumbuh high single digit pada 2022, meskipun saat ini ada tantangan dari varian baru Omicron.

Menurutnya, hadirnya varian baru Omicron akan berdampak apabila terjadi pembatasan aktivitas. Namun, dia tetap optimistis proses pemulihan dapat berjalan cepat karena kian adaptifnya masyarakat terhadap kondisi pandemi Covid-19.

“Untuk 2022, kami lebih optimistis daripada tahun ini. Namun, tentu kewaspadaan dan kehati-hatian tetap kami ke depankan karena kami tidak tahu persis apakah [pandemi] ini sudah berakhir atau belum,” ujarnya.

BI juga melihat penyaluran kredit pada tahun depan akan tumbuh di kisaran 6 hingga 8 persen. Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) diperkirakan naik sebesar 7 sampai 9 persen.

Perkembangan tersebut akan didukung oleh stabilitas sistem keuangan yang tetap terjaga pada tahun depan. Kinerja fungsi intermediasi perbankan juga akan didorong oleh rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) perbankan yang tetap tinggi, serta likuiditas melimpah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper