Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sektor Finansial Butuh Peningkatan Proteksi Kebocoran Data

HID Global menilai sektor finansial Indonesia membutuhkan peningkatan proteksi kebocoran data.
Ilustrasi teknologi finansial/Flickr
Ilustrasi teknologi finansial/Flickr

Bisnis.com, JAKARTA - Peningkatan nilai transaksi layanan keuangan digital di Indonesia belum diimbangi dengan peningkatan sistem keamanan identitas, termasuk dalam hal akses pengguna.

Edwardcher Monreal, Security and Technology Evangelist – IAM Consumer Authentication Solutions, HID Global mengungkap salah satu indikatornya, yaitu lantaran masih banyak lembaga yang mengandalkan sistem autentikasi Out of Band (OOB) seperti kode aman SMS atau sandi satu kali (OTP).

"Berdasarkan pengamatan kami, SMS masih merupakan pilihan paling populer yang digunakan oleh berbagai organisasi untuk autentikasi pelanggan mereka, padahal sistem tersebut sama sekali tidak dapat dikatakan aman. Mengapa? Secara ringkas, teknologi autentikasi SMS tersebut telah berusia lebih dari 30 tahun dan belum diperbarui sejak saat itu," ujarnya dalam keterangan resmi, Sabtu (8/1/2022).

Terlebih, sistem tersebut dikembangkan pada masa di mana konektivitas masih sangat terbatas dan tentu bukan bertujuan untuk membawa sebuah pesan rahasia, tetapi hanya sekadar menyampaikan pesan singkat yang tidak terenkripsi.

Padahal, masyarakat Indonesia, terutama milenial dan generasi Z, semakin menyadari pentingnya transaksi yang efisien dan cashless. Transaksi dan layanan keuangan secara digital telah menjadi kebutuhan sehari-hari di Indonesia.

Keharusan untuk menjaga jarak fisik, belajar, bekerja, dan menjalankan berbagai beraktivitas dari rumah karena pandemi Covid-19 pun menjadi salah satu pemicu percepatan penerapan digitalisasi dalam layanan finansial. Tak heran, muncul fenomena bank digital dan platform fintech yang menjamur.

Penerapan digitalisasi dalam layanan finansial juga dipicu oleh masih tingginya kelompok masyarakat yang belum tersentuh sama sekali atau memiliki akses terbatas terhadap layanan perbankan alias unbanked dan underbanked.

Berdasarkan riset Google, Temasek, dan Bain & Company 2019 (dalam e-Conomy SEA 2019), tercatat masih ada sekitar 92 juta penduduk Indonesia termasuk kategori unbanked, dan 47 juta penduduk RI pada kategori underbanked.

Padahal berdasarkan laporan Digital 2021, WeAreSocial & HootSuite, penggunaan smartphone di Indonesia sudah mencapai 98,2 persen dengan penetrasi Internet 73,7 persen untuk populasi jumlah penduduk tercatat 274,9 juta jiwa.

Ratusan juta masyarakat yang masih tergolong unbanked atau underbanked itu, ditambah tingginya penggunaan smartphone dan penetrasi Internet, merupakan peluang besar bagi layanan perbankan digital di Indonesia.

"Oleh karena itu, sistem autentikasi yang kurang aman dan sederhana tersebut menjadi salah satu faktor mudahnya terjadi kebocoran data pribadi. Masih segar dalam ingatan kita banyaknya media yang melaporkan kasus-kasus kebocoran data pribadi di Indonesia," tambahnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper