Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Omicron Bayangi Restrukturisasi Kredit, LPS: Jangan Sampai 'Hard Landing'

Sampai dengan November 2021 nilai restrukturisasi kredit perbankan mencapai Rp693,6 triliun. Capain itu turun dibandingkan posisi tahun 2020 yang sebesar Rp830,5 triliun.
Karyawan beraktivitas di dekat logo Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) di Jakarta, Jumat (10/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan beraktivitas di dekat logo Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) di Jakarta, Jumat (10/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) akan terus memonitor dinamika perkembangan dari dampak yang dapat ditimbulkan oleh penyebaran Covid-19 varian Omicron.

Anggota Dewan Komisioner LPS Didik Madiyono mengatakan bahwa secara umum stabilitas keuangan dan perbankan masih terjaga di tengah tantangan pandemi Covid-19.

“Terkait dengan kondisi restrukturisasi kredit yang sudah melandai, segala dinamika yang terjadi akan terus dicermati agar jangan sampai terjadi istilahnya ‘hard landing’,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (12/2/2022).

Dia menambahkan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), yang terdiri atas Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan LPS telah menelurkan stimulus dan relaksasi bagi industri jasa keuangan dan sektor usaha agar mampu pulih di tengah pandemi.

OJK mencatat sampai dengan November 2021 nilai restrukturisasi kredit perbankan mencapai Rp693,6 triliun. Capain itu turun dibandingkan posisi tahun 2020 yang sebesar Rp830,5 triliun.

Angka tersebut terdiri dari restrukturisasi kredit di sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dengan nilai Rp264,8 triliun yang diberikan kepada 3,07 juta debitur. Untuk non UMKM, nilainya mencapai Rp428,8 triliun kepada 1,15 juta debitur.

Sebagaimana diketahui, OJK juga telah memperpanjang masa memperpanjang masa relaksasi restrukturisasi kredit dari 31 Maret 2022 menjadi 31 Maret 2023.

Keputusan perpanjangan diambil untuk terus menjaga momentum percepatan pemulihan ekonomi nasional dan stabilitas perbankan serta kinerja debitur restrukturisasi Covid-19 yang sudah mulai mengalami perbaikan.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) optimistis dampak dari penyebaran Covid-19 varian Omicron yang tinggi tidak akan akan berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2022.

Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan berdasarkan asesmen BI, penyebaran varian Omicron akan mencapai puncaknya dalam beberapa minggu ke depan. Melonjaknya kasus Covid-19 varian Omicron pun diperkirakan akan kembali menahan mobilitas masyarakat.

Namun, kondisi ini akan membaik sejalan dengan upaya yang terus ditempuh pemerintah melalui vaksinasi dan kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan.

“Berdasarkan [asesmen] itu, dampak dari Omicron terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal I/2022 secara keseluruhan tidak berpengaruh secara signifikan,” pungkasnya.

BI memperkirakan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2022 akan tetap tinggi, sejalan dengan perkiraan pertumbuhan yakni mencapai kisaran 4,7 hingga 5,5 persen pada tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dionisio Damara
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper