Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi Meroket, Akankah BI Naikkan Suku Bunga Segera?

Bahana Sekuritas menilai, dengan data Produk Domestik Bruto (PDB) terbaru yang menunjukkan pertumbuhan konsumsi dan investasi sebesar 4 persen, BI akan lebih terfokus pada ekonomi yang lemah daripada inflasi yang melonjak.
Kantor Bank Indonesia/Reuters-Darren Whiteside
Kantor Bank Indonesia/Reuters-Darren Whiteside

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) pada April 2022 mengalami inflasi sebesar 0,95 persen secara bulanan (month-to-month/mtm).

Sementara itu, inflasi tahunannya pada April 2022 mencapai 3,47 persen (year-on-year/yoy) dan secara tahun kalender sebesar 2,15 persen (year-to-date/ytd).

Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia menorehkan perbaikan yang signifikan setelah berhasil tumbuh 5,01 persen pada kuartal I/2022.

Sektor konsumsi rumah tangga dan investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) menjadi pendorong terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal tersebut.

Badan Pusat Statistik mencatat, kedua sektor tersebut masing-masing tumbuh sebesar 4,34 persen (year-on-year/yoy) dan 4,09 persen yoy.

Melihat dua perkembangan di atas, inflasi dan pertumbuhan ekonomi, haruskah Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga segera?

Bahana Sekuritas menilai, BI justru akan lebih fokus ke inflasi yang melonjak, dibandingkan fokus kepada pertumbuhan ekonomi.

Sebagaimana diketahui, inflasi pada April 2022 merupakan yang tertinggi sejak Januari 2017, yaitu sebesar 3,47 persen yoy.

Inflasi yang tinggi tersebut didorong oleh diizinkannya perjalanan mudik dan meningkatnya harga beberapa komoditas akibat tekanan eksternal, yang juga bertepatan dengan perayaan Idulfitri.

Kepala Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro menyampaikan, suku bunga hanya dapat memengaruhi permintaan (inflasi inti), tetapi sebagian besar masalah inflasi saat ini dipengaruhi oleh penawaran dan kenaikan harga energi yang diatur.

"Masih ada ruang untuk BI rate yang stabil tahun ini, karena menurunkan inflasi dengan merusak permintaan bukanlah pilihan kebijakan yang menurut kami menguntungkan BI,"  kata Satria dalam keterangan tertulisnya, Senin (9/5/2022).

Adapun, inflasi inti terus menunjukkan penguatan pada April 2022. Inflas inti mencapai 0,36 persen mtm dan 2,60 persen yoy.

BI sendiri dikelilingi oleh suasana di mana banyak bank sentral telah menaikkan suku bunga acuannya, a.l. bank sentral di Korea Selatan dan Australia. Bahkan, sebelum The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin minggu lalu. 

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman BI diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan secara total 75 basis poin menjadi 4,25 persen pada 2022.

“Sementara itu, kami melihat Bl akan melanjutkan langkah-langkah makroprudensial agar tetap akomodatif pada tahun 2022 untuk mendukung pertumbuhan ekonomi,” kata Faisal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper