Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perbaikan Bisnis KB Bukopin (BBKP), Ini Sektor yang Akan Dibenahi

Bank KB Bukopin (BBKP) melaporkan sepanjang triwulan I/2022 mengalami kerugian Rp1,32 triliun.
Nasabah melintasi logo Bank KB Bukopin di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (26/1/2022). Bisnis/Paulus Tandi Bone
Nasabah melintasi logo Bank KB Bukopin di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (26/1/2022). Bisnis/Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank KB Bukopin Tbk. (BBKP) dan entitas anak melaporkan mengalami penurunan kinerja pada quartal 1/2022, meski demikian perusaahaan disebutkan berupaya melakukan perbaikan kinerja di seluruh segmen bisnis.

Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan KB Bukopin di Bursa Efek Indonesia, Senin (16/5/2022), bank dengan pemegang saham utama dari Korea Selatan itu mengalami pembengkakan kerugian dari Rp167,1 miliar menjadi Rp1,32 triliun per kuartal I/2022 dibandingkan tahun sebelumnya atau naik 688 persen. 

 Penyumbang utama memburuknya kerugian disebabkan menurunnya kualitas kredit. Pasalnya dari pendapatan, BBKP tidak mengalami penurunan yang berarti yakni dari Rp1,08 triliun menjadi Rp1,01 triliun. 

Saat pendapatan turun tipis, BBKP berhasil menurunkan beban bunga dan syariah dari Rp903,44 miliar menjadi Rp692,23 miliar. 

Penyebab utama membengkaknya kerugian, BBKP melaporkan terjadi pembalikan penyisihan kerugian dari sebelumnya untung Rp227 miliar menjadi minus Rp1,55 triliun. 

Lalu sektor ekonomi apa saja yang membuat rugi BBKP?

Dikutip dari catatan laporan keuangan, sektor pemberat yakni kredit bermasalah. Terutama dari sektor jasa yang melonjak dari Rp910,12 miliar pada akhir 2021 menjadi Rp1,63 triliun. Demikian juga sektor perdagangan yang semula Rp99,7 miliar bertambah menjadi Rp1,08 triliun. Sedangkan sektor pertanian naik dari Rp71,82 miliar menjadi Rp194,49 miliar. 

Meski demikian, kredit bermasalah BBKP hanya naik sedikit yakni dari Rp6,52 triliun menjadi Rp6,79 triliun. Pasalnya perusahaan berhasil menekan kredit bermasalah di sektor pertambangan. Pos kredit bermasalah di tambang ini susut dari Rp1,37 triliun menjadi Rp71,74 miliar seiring ledakan harga komoditas seperti minyak dan batu bara. 

"Pada tanggal 31 Maret 2022, rasio kredit bermasalah - kotor dan neto konsolidasian berdasarkan peraturan Bank Indonesia masing-masing adalah 11,90 persen dan 4,86 persen berbanding 31 Desember 2021, sebesar 11,16 persen dan 5 persen," tulis manajemen BBKP dalam catatan laporan keuangannya. 

Selanjutnya dalam laporan yang sama berdasarkan kolektibilitas, Bukopin melaporkan dari kredit Rp52,37 triliun, pinjaman dengan status perhatian khusus mencapai Rp2,24 triliun, kurang lancar Rp72,3 miliar, diragukan Rp204,2 miliar dan kredit macet Rp2,49 triliun. 

Sebagai pembanding, pada akhir 2021, kelompok kredit dalam perhatian khusus BBKP sebesar Rp3,51 triliun, kurang lancar Rp333,18 miliar, diragukan Rp296,5 miliar dan macet Rp2,3 triliun. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Anggara Pernando
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper