Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bahana Sekuritas: BI Bisa Pertahankan Suku Bunga Acuan

Penambahan dana Rp368,5 triliun ke anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2022 akan menjadi peredam kejut (shock absorber) terhadap tekanan fiskal.
Kilang Cilacap./Istimewa-Pertamina
Kilang Cilacap./Istimewa-Pertamina

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bahana Sekuritas menilai bahwa Bank Indonesia masih mampu menahan tingkat suku bunga acuan karena pemerintah sudah menyiapkan peredam inflasi melalui penambahan dana ke APBN untuk subsidi dan kompensasi energi serta perlindungan sosial.

Ekonom Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro, Rami Ramdana, dan Drewya Cinantyan menilai bahwa penambahan dana Rp368,5 triliun ke anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2022 akan menjadi peredam kejut (shock absorber) terhadap tekanan fiskal.

Ketiganya menilai bahwa laju kenaikan inflasi akan lebih terkendali karena kebijakan fiskal tersebut. Bahana Sekuritas pun meyakini dengan kondisi tersebut Bank Indonesia (BI) dapat tetap mempertahankan tingkat suku bunga.

"Ini berarti dapat mendorong inflasi yang lebih rendah dan tingkat suku bunga yang lebih sehat ke depannya untuk Indonesia. Hal tersebut membenarkan proyeksi non-konsensus kami dalam menahan BI rate tahun ini," tulis ketiganya dalam riset Bahana Sekuritas, dikutip pada Minggu (22/5/2022).

Bahana Sekuritas memperkirakan bahwa harga energi yang stabil akan menopang daya beli masyarakat, sehingga mendukung pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19. Pemerintah sendiri telah menetapkan asumsi baru harga minyak atau Indonesia crude price (ICP) senilai US$100 per barel, naik dari sebelumnya US$63 per barel.

Meskipun asumsi itu telah sejalan dengan pergerakan harga energi secara global, Bahana Sekuritas mengingatkan bahwa tetap terdapat risiko dari sisi pasokan. Pemerintah pun perlu memastikan agar energi tidak terus menjadi pendorong inflasi, sehingga tingkat suku bunga BI dapat tetap terjaga.

"Waspadai potensi kekurangan pasokan di masa depan untuk bahan bakar pertalite dan diesel, yang sekarang dijual jauh di bawah benchmark global," tulis ketiganya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper