Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Krisis Cip, Multifinance Pemain Kredit Kendaraan Seken Pede Kejar Setoran

Multifinance yang menyediakan layanan pembiayaan unit bekas pun diuntungkan di tengah kelangkaan cip.
Ilustrasi tempat penjualan mobil bekas./Antara/Chairul Rohman
Ilustrasi tempat penjualan mobil bekas./Antara/Chairul Rohman

Bisnis.com, JAKARTA – Segelintir perusahaan pembiayaan (multifinance) yang melayani pembiayaan unit bekas, baik untuk objek kendaraan, mobil angkut, maupun alat berat, diuntungkan selama fenomena kelangkaan cip semikonduktor global.

Sebagai gambaran, krisis cip berdampak pada terbatasnya sisi suplai dari pabrikan, padahal permintaan dari konsumen sedang meroket. Pemain multifinance pun terdampak karena pembiayaan yang masuk menjadi tertunda.

Leasing bagian grup Indomobil, PT Indomobil Finance Indonesia menjadi salah satu pemain yang mengakui bahwa fenomena kelangkaan cip ini perlu menjadi sorotan, tetapi tak terlalu cemas atas signifikansinya terhadap kinerja pembiayaan.

"Kinerja khusus bulan Mei 2022 memang menurun, tapi lebih kepada pengaruh hari kerja yang singkat akibat libur lebaran. Terbatasnya pasokan unit memang turut berperan memperlambat pertumbuhan bisnis pembiayaan, tapi belum tentu menggerus proyeksi tahunan," ujar Gunawan Effendi, Vice Chairman of Executive Board Indomobil Finance, Rabu (8/6/2022).

Pria yang juga Vice President Director PT Indomobil Multi Jasa Tbk (IMJS) ini menjelaskan lebih lanjut kinerja tahunan masih bisa tumbuh karena pembiayaan hanya tertunda. Terlebih, leasing bagian IMJS merupakan pendukung bisnis penjualan kendaraan, truk, dan alat berat dari Grup Indomobil, sehingga potensi konsumen yang masuk telah lebih terukur.

Sebagai informasi, selain Indomobil Finance, IMJS juga terafiliasi dengan tiga multifinance lain, yaitu NFSI Financial Services atau sebelumnya Nissan Financial Services Indonesia, Suzuki Finance untuk kendaraan penumpang dan pikap merek Suzuki, dan Hino Finance untuk pembiayaan truk Hino.

"Konsumen yang belum mendapatkan unit yang diinginkan bisa juga membeli unit bekas pakai sebagai jalan keluar bila kebutuhannya mendesak. Tapi bila tidak urgen, konsumen cenderung untuk menunggu sampai pasokannya tersedia," tambahnya.

Terkhusus kredit sepeda motor, Deputi Direktur, Head of Motorcycle Financing PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. (ADMF) Andy Sutanto pun mengungkap hal serupa. Saat ini, dia mengatakan total target pembiayaan sepeda motor masih belum berubah karena segmen baru dan bekas selalu saling mengisi.

Sebab, kendati tipe sepeda motor baru tertentu dari beberapa merek besar bisa inden sampai 2-3 bulan, banyak konsumen yang setia menunggu. Adapun, sepeda motor bekas kontribusinya terbilang stabil karena punya pasar berbeda.

"Saya kira jarang ada fenomena konsumen beralih ke bekas karena tidak sabar harus inden motor baru. Pembiayaan motor bekas naik itu karena market segmen ini memang sudah pulih. Buktinya, saya lihat mitra dealer motor bekas kami sering kehabisan stok tipe motor yang laris," ungkap Andy ketika ditemui Bisnis selepas acara diskusi terbatas bersama media, Rabu (8/6/2022).

Sebagai informasi, tahun lalu ADMF mencatatkan pembiayaan baru senilai Rp25,9 triliun. Kontribusi motor baru mencapai Rp9,41 triliun, sementara motor bekas Rp1,7 triliun. Tahun ini, ADMF membidik pembiayaan mencapai Rp32 triliun, dengan persentase kontribusi dari kredit sepeda motor di kisaran serupa.

Senada, emiten pembiayaan PT Buana Finance Tbk. (BBLD) yang terbiasa melayani alat berat dan mobil bekas juga optimistis membidik pembiayaan menjadi Rp2,5 triliun di tahun ini, setelah pada tahun lalu hanya Rp1,94 triliun.

Sebagai gambaran, tahun lalu pembiayaan kendaraan Buana Finance totalnya Rp1,2 triliun, dengan porsi 64 persen kendaraan bekas. Sementara itu, sewa pembiayaan yang ditopang alat berat berada di Rp710 miliar.

"Kendaraan baru masih terdampak krisis cip, tapi proyeksinya mulai pulihnya di kisaran Agustus 2022. Jadi mobil bekas dan multiguna saat ini genjot lewat terus memperluas jangkauan," ujar Direktur Buana Finance Herman Lesmana dalam diskusi virtual bersama media, Rabu (8/6/2022).

Herman menambahkan optimisme serupa juga berlaku buat segmen pembiayaan produktif, alias kendaraan komersial dan alat berat, sebab pihaknya melihat debitur korporasi sudah mulai pulih dari dampak pandemi Covid-19.

"Alat berat permintaannya juga sedang tinggi karena pulihnya sektor pertambangan, kemudian terkait perkebunan kelapa sawit, serta pulihnya aktivitas konstruksi. Tadinya stok juga terbatas, sehingga lebih banyak yang sewa dulu sambil menunggu unit baru. Tapi sekarang berangsur-angsur telah pulih," jelas Herman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper