Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Potensi Suku Bunga BI Naik, BNI (BBNI) Utamakan Tingkat Risiko

Kenaikan suku bunga acuan akan berimbas pada suku bunga deposito dan kredit perbankan, termasuk BNI (BBNI).
Mobile Banking BNI. /Istimewa
Mobile Banking BNI. /Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA —  Bank Indonesia (BIdiperkirakan akan mengerek tingkat suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada semester II/2022. Bila terjadi, perbankan di Tanah Air akan merespons dengan menaikkan suku bunga deposito dan akhirnya kredit. 

Melihat situasi itu, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) telah menyiapkan strategi antisipasi apabila BI menaikkan tingkat suku bunga dengan cara seleksi debitur. Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini menjelaskan, artinya bank akan melihat tingkat risiko sebelum menaikkan suku bunga. 

“Kalau risikonya rendah, kita enggak akan terburu-buru menaikkan suku bunga. Kita lebih antisipasinya adalah menjaga nasabah,” ujar dalam kunjungan ke Bisnis Indonesia, Senin (11/7/2022). 

Lebih lanjut, Novita menyampaikan bank pelat merah bersandi saham BBNI itu juga akan tumbuh lebih selektif.

Berdasarkan laporan keuangan publikasi per Mei 2022, BNI mampu membukukan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp7,33 triliun. Laba tersebut naik 65 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari sebelumnya mencetak sebesar Rp4,43 triliun pada periode Mei 2021.

Kenaikan laba BNI ditopang oleh tumbuhnya pendapatan bunga dan susutnya beban bunga perseroan per Mei 2022. Untuk pendapatan bunga tercatat tumbuh 2 persen secara tahunan, dari Rp20,68 triliun menjadi Rp21,08 triliun.

Sementara itu, beban bunga BBNI terpantau menyusut 2 persen secara tahunan menjadi Rp4,8 triliun dari sebelumnya tercatat Rp4,9 triliun. Alhasil, pendapatan bunga bersih BNI tumbuh 3 persen secara tahunan dari Rp15,77 triliun menjadi Rp16,26 triliun.

Pertumbuhan tidak hanya terjadi pada laba bersih, kredit yang disalurkan BNI juga tercatat tumbuh 7 persen secara tahunan dari Rp594,1 triliun menjadi Rp557 triliun.

Jika dibandingkan keadaan di pasar, Novita mengungkapkan perseroan sedikit mengalami tekanan dan tidak mengalami pertumbuhan seagresif pasar, sebab perseroan lebih mengarah pada aspek kualitas agar terjaga aman.

“Kenapa? Karena rumus kita adalah menjaga agar kualitas kita aman. Dengan selalu kita latihan cukup tinggi, tapi kita sudah bentuk biaya provisi yang cukup, maka NPL [non performing loan/kredit bermasalah] semakin turun,” ujarnya.

Adapun proyeksi kenaikan suku bunga Bank Indonesia salah satunya dipicu oleh tingkat inflasi di Tanah Air per Juni 2022. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi secara tahunan mencapai 4,35 persen atau tertinggi sejak 2017. 

Selain itu, BI juga diperkirakan menyesuaikan suku bunga acuan, seiring dengan kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) mengerek suku bunga untuk menahan inflasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper