Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Data Kinerja 10 Emiten Asuransi, Grup Salim (AHAP) hingga Lippo (LPGI) Pimpin Pertumbuhan

Kinerja emiten asuransi paling moncer dipimpin oleh entitas konglomerasi Grup Salim, Asuransi Aman Harta (AHAP).
Karyawan beraktivitas di dekat logo-logo perusahaan asuransi di kantor Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) di Jakarta, Rabu (5/1/2021). Bisnis/Suselo Jati
Karyawan beraktivitas di dekat logo-logo perusahaan asuransi di kantor Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) di Jakarta, Rabu (5/1/2021). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah perusahaan asuransi yang melantai di pasar modal mencatatkan kinerja positif sampai dengan paruh pertama tahun ini, baik dari sisi perolehan premi bruto maupun laba bersih. 

Hingga Rabu (10/8/2022), sebanyak sepuluh emiten asuransi telah merilis laporan keuangannya pada triwulan II/2022. Dari kesepuluh emiten tersebut, delapan perusahaan mencatatkan pertumbuhan premi bruto dan sembilan perusahaan mencatatkan pertumbuhan laba. 

Pertumbuhan premi bruto tertinggi dipimpin oleh emiten asuransi yang dikendalikan Grup Salim melalui PT Asuransi Central Asia, yakni PT Asuransi Harta Aman Pratama Tbk. (AHAP). Perolehan preminya naik 32,83 persen year-on-year (yoy) pada semester I/2022 menjadi Rp400,15 miliar. 

Selain dari sisi premi, pertumbuhan laba AHAP juga yang paling mentereng dengan kenaikan 365,59 persen yoy. AHAP membukukan laba bersih tahun berjalan senilai Rp4,33 miliar sepanjang semester I/2022. Periode yang sama tahun lalu labanya hanya mencapai Rp929,35 juta.  

Pertumbuhan premi tertinggi disusul oleh PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk. alias Tugu Insurance (TUGU) yang mencatatkan pertumbuhan premi bruto sebesar 25,41 persen yoy. Anak usaha PT Pertamina (Persero) ini mampu menghimpun premi senilai Rp3,53 triliun sepanjang semester I/2022. Periode yang sama tahun lalu premi brutonya mencapai Rp2,81 triliun. 

Pertumbuhan laba TUGU juga terbilang signifikan, yakni meningkat 58,24 persen yoy menjadi Rp225,38 miliar sampai dengan Juni 2022, dari sebelumnya Rp142,43 miliar pada periode yang sama tahun lalu. 

Emiten asuransi milik James Tjahaja Riady, PT Lippo General Insurance Tbk. (LPGI) juga mencatatkan kenaikan premi bruto yang cukup tinggi, yakni sebesar 21,89 persen yoy. Perseroan membukukan premi bruto senilai Rp1,25 triliun sampai dengan Juni 2022. Dari sisi laba, LPGI mampu membukukan Rp92,74 miliar atau naik 26,29 persen yoy. 

Presiden Direktur LPGI Agus Benjamin mengatakan, pertumbuhan premi dan laba tersebut didorong oleh peningkatan dari semua lini bisnis perseroan. 

"Semua lini bisnis berkontribusi untuk pertumbuhan premi dan laba sepanjang semester I/2022," ujar Agus kepada Bisnis, Kamis (4/8/2022).

Perolehan premi LPGI ditopang oleh lini bisnis asuransi kesehatan yang mencapai Rp770,57 miliar atau tumbuh 26,56 persen yoy, asuransi kebakaran Rp178,34 milar atau tumbuh 2 persen yoy, asuransi kredit dan jaminan senilai Rp151,85 miliar atau tumbuh 43,58 persen yoy. 

Selain itu, pendapatan premi perseroan juga dikontribusikan dari asuransi kendaraan bermotor senilai Rp59,58 miliar, jiwa dan kematian Rp44,86 miliar, pengangkutan Rp20,64 miliar, dan lain-lain Rp25,5 miliar. 

Menurut Agus, memasuki kuartal ketiga tahun ini industri dihadapkan pada tantangan risiko kenaikan inflasi. Perseroan pun akan berupaya untuk mengelola dampak negatif dari paparan risiko tersebut. 

"Kami berusaha mengelola dampak kenaikan inflasi ini agar sekecil mungkin terhadap performance perusahaan," katanya. 

Sementara itu, PT Asuransi Bintang Tbk. (ASBI) membukukan premi bruto senilai Rp238,78 miliar sepanjang semester I/2022 atau tumbuh 3,96 persen yoy. Meski pertumbuhan premi tak terlalu tinggi, perseroan mampu membalikkan kondisi rugi bersih Rp1,43 miliar pada semester I/2021 menjadi laba Rp3,88 miliar pada semester I/2022. 

Presiden Direktur ASBI Hastanto Sri Margi Widodo mengatakan, membaiknya kinerja laba tersebut didorong oleh peningkatan hasil underwritting. Hal ini karena perseroan melakukan pembatalan polis-polis yang memang sudah tidak memiliki kemampuan bayar lagi. Nilainya mencapai sekitar Rp50 miliar. 

"Peningkatan hasil underwriting, sebagian besar dari beban underwriting yang sangat membaik karena cleansing yang kami lakukan," kata Widodo kepada Bisnis

Selain itu, kata Widodo, kenaikan beban biaya yang tidak terlalu tinggi juga turut berkontribusi terhadap kinerja laba. "Dari sisi biaya beban hanya naik Rp800 juta setelah full year work from home," katanya.

Memasuki paruh kedua tahun ini, Widodo menilai risiko kenaikan inflasi memang akan mempengaruhi penerimaan premi baru karena inflasi akan mendorong peningkatan suku bunga, serta menekan kredit baru dan uang yang beredar. 

Guna mengantisipasi perlambatan penerimaan premi ini pun, perseroan tengah mengembangkan potensi bisnis baru, yakni asuransi tanaman berbasis indeks kelembapan tanah yang mencakup proteksi terhadap tanaman kakao. Widodo menuturkan, saat ini penerimaan preminya masih terbilang kecil karena baru dikembangkan di tiga kecamatan. Namun, pihaknya tengah mengembangkan bisnis baru ini ke sejumlah daerah, seperti Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara. 

"Alhamdulillah, asuransi tanaman berbasis indeks sudah mulai ada penutupan dengan rate premi yang sangat sehat sekali 2,5 persen untuk kelebihan curah hujan atau kelembapan tanah di akhir tahun ataupun kekuarangan awal tahun," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper