Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Begini Dampak Kenaikan Suku Bunga Acuan Terhadap Profitabilitas Bank

Kenaikan suku bunga acuan BI memang dapat meningkatkan biaya dana (cost of fund) industri perbankan.
Karyawan melayani nasabah di salah satu kantor cabang BCA di Jakarta, Selasa (21/12/2021). /Bisnis-Eusebio Chrysnamurti
Karyawan melayani nasabah di salah satu kantor cabang BCA di Jakarta, Selasa (21/12/2021). /Bisnis-Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Rektor Universitas Indonesia Ari Kuncoro menilai kenaikan suku bunga acuan menjadi 3,75 persen tidak akan mengganggu profitabilitas perbankan.

Menurutnya, pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,44 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada kuartal III/2022 menjadi kunci bagi pelaku usaha untuk tetap melakukan ekspansi, sehingga mereka diperkirakan tetap membutuhkan dana dari perbankan.

“Hal ini tidak akan mengganggu profitabilitas perbankan karena ekonomi tumbuh 5,44 persen. Jadi, kenaikan suku bunga itu masih bisa diserap [pelaku usaha] karena perekonomian sedang berjalan,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (24/8/2022).

Dia menambahkan bahwa kenaikan suku bunga acuan memang dapat meningkatkan biaya dana (cost of fund) industri perbankan. Namun, hal tersebut diperkirakan masih bisa ditanggung oleh perekonomian yang saat ini tengah melaju.

Oleh sebab itu, Ari menyatakan apabila terdapat kenaikan tingkat bunga kredit yang dipicu oleh transmisi suku bunga acuan, pelaku usaha diperkirakan masih tetap membutuhkan dana karena perekonomian Indonesia sedang bertumbuh.

Dia juga menuturkan bahwa langkah Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan bertujuan untuk mengendalikan ekspektasi inflasi dan meredam kekhawatiran naiknya indeks dolar, yang dapat memicu ekspektasi depresiasi rupiah.

Terkait ekspektasi depresiasi rupiah, kata Ari, hal itu masuk dalam paritas suku bunga atau interest rate parity. Paritas suku bunga ini didasari oleh perilaku kurs dan tingkat bunga yang saling berinteraksi untuk mencapai posisi keseimbangan di pasar valuta asing.

Di sisi lain, kenaikan suku bunga acuan juga bertujuan untuk meredam ketidakpastian terkait kabar kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi. Ari menyatakan bahwa situasi yang penuh ketidakpastian biasanya memicu peningkatan ekspektasi inflasi.

“Jadi ini menyeimbangkan bagaimana mengendalikan ekspektasi inflasi tanpa terlalu banyak mengorbankan pertumbuhan,” kata Ari.

Sebagaimana diketahui, bank sentral resmi menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin menjadi 3,75 persen. Sejalan dengan itu, suku bunga Deposit Facility menjadi 3 persen dan suku bunga Lending Facility 4,5 persen.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan kenaikan suku bunga acuan merupakan langkah preemptive dan forward looking guna memitigasi risiko peningkatan inflasi inti dan ekspektasi inflasi akibat kenaikan harga BBM non-subsidi dan inflasi volatile food.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dionisio Damara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper