Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Suku Bunga BI Naik jadi 4,75 Persen, Bos BCA (BBCA): Langkah Tepat!

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja buka suara soal langkah Bank Indonesia naikkan suku bunga acuan jadi 4,75 persen.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja memberikan keterangan saat Paparan Kinerja Keuangan BCA Semester I 2022 di Jakarta, Rabu (27/7/2022). Bisnis
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja memberikan keterangan saat Paparan Kinerja Keuangan BCA Semester I 2022 di Jakarta, Rabu (27/7/2022). Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. atau BCA (BBCA) Jahja Setiaatmadja menyatakan bahwa keputusan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin menjadi 4,75 persen merupakan langkah tepat.

Menurutnya, keputusan bank sentral untuk menaikkan suku bunga acuan sudah dapat diperkirakan.

Pasalnya, secara keseluruhan, bunga The Fed sudah naik 300 basis poin (bps) dan diprediksi akan kembali meningkat pada awal November mendatang.

“Saya setuju dengan kenaikan 50 bps dan ini juga sesuai dengan ekspektasi pasar bahwa BI akan menyesuaikan hal ini untuk bisa terus menjaga agar rupiah, mungkin akan terdepresiasi, tetapi lebih baik dibandingkan currency lain,” tuturnya pada Kamis (20/10/2022).

Selain itu, Jahja menuturkan likuiditas di pasar masih cukup likuid untuk penyediaan rupiah, sementara transaksi antarbank juga masih normal secara harian di kisaran Rp120 triliun.

Namun, kurs terpantau mengikuti tren pelemahan secara global, kecuali mata uang Amerika Serikat (AS).

“Poundsterling sempat 1:1 tetapi sekarang ada sedikit koreksi lagi, itu pun tergerusnya cukup besar. Euro juga terkoreksi cukup besar, dan saya pikir ini semua mau tidak mau secara global akan terkoreksi dan memang tidak luput rupiah kita,” katanya.

Bank sentral mencatat nilai tukar rupiah sudah terdepresiasi sebesar 8,03 persen secara tahun berjalan (year-to-date/ytd) per 19 Oktober 2022.

Tren pelemahan rupiah yang berlanjut disebabkan oleh penguatan dolar AS dan meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan pelemahan mata uang di banyak negara utamanya disebabkan oleh kebijakan moneter yang lebih agresif, terutama oleh bank sentral AS yakni The Fed guna merespons tingginya laju inflasi.

Meski demikian, Perry mengatakan tingkat depresiasi nilai tukar rupiah masih terjaga dan lebih rendah jika dibandingkan dengan sejumlah negara berkembang lainnya, seperti India yang mencatatkan depresiasi 10,42 persen dan Thailand sebesar 12,55 persen.

"Ke depan BI akan terus mencermati pasokan valas dan memperkuat kebijakan stabilisasi sesuai bekerjanya mekanisme pasar dan fundamentalnya," kata Perry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper