Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

CIMB Niaga Auto Finance Optimistis Kinerja Tumbuh 10 Persen Tahun Depan, Intip Strateginya!

CNAF proyeksikan pendapatan dan laba bersih pada 2023 dapat tumbuh 10 persen meskipun potensi resesi global melanda ekonomi Indonesia.
Karyawan beraktivitas di kantor PT CIMB Niaga Auto Finance di Tangerang Selatan, Banten, Rabu (3/2/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan beraktivitas di kantor PT CIMB Niaga Auto Finance di Tangerang Selatan, Banten, Rabu (3/2/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) memproyeksikan pendapatan dan laba pada 2023 mengalami pertumbuhan 10 persen dibandingkan tutup tahun ini.

Presiden Direktur CIMB Niaga Auto Finance Ristiawan Suherman mengatakan optimisme ini seiring dengan keyakinan perusahaan bahwa bisnis pembiayaan dapat terus tumbuh.

“Kami optimis bisnis akan tumbuh pada tahun depan meskipun tidak terlalu signifikan, di mana pasar Indonesia masih cukup kuat walau dunia terancam resesi pada 2023,” ujar Ristiawan kepada Bisnis, Selasa (29/11).

Untuk merealiasikan target ini, CNAF menyiapkan strategi fokus dalam menyasar segmen yang tepat melalui kerjasama dengan induk usaha. Lainnya, menyederhanakan proses dengan memanfaatkan digitalisasi, dan mempertahankan kualitas asset yang sehat serta menciptakan bisnis yang berkelanjutan.

Terkait menyasar segmen yang tepat, Ristiawan menyampaikan dari sisi CNAF, perusahaan lebih melihat profil nasabah. Termasuk sumber pendapatan. Termasuk stabilitas pendapatan apakah terpengaruh terhadap kemungkinan resesi.

“Untuk memastikan kemampuan bayar nya juga tinggi kita juga meningkatkan aturan mininum down payment menjadi 20 persen hingga 30 persen . Disamping itu, rekam jejak kreditnya dalam laporan SLIK kita pastikan harus baik juga,” ujar Ristiawan.

Selanjutnya untuk segmen yang disasar akan menyisir portfolio yang sekarang terdapat di CNAF. Data itu mengacu bisnis yang paling baik dan bertahan kuat dalam kondisi menantang seperti kondisi awal pandemi pada tahun 2020-2021 kemarin.

Di sisi lain, kebijakan Bank Indonesia yang menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps menjadi 5,25 persen membuat perusahaan pembiayaan terdampak. Utamanya semakin mahalnya cost of fund pendanaan yang berasal dari pinjaman perbankan.

Ristiawan mengungkapkan setidaknya masih ada sekitar satu bulan untuk tetap menawarkan bunga pembiayaan terkini. Setelah itu, CNAF akan mulai meracik harga jual yang tepat sesuai koridor risk based pricing.

"Sampai saat ini pendanaan kami berasal dari mitra perbankan, termasuk induk usaha. Mungkin dalam waktu dekat sudah keluar notifikasi soal kenaikan bunga dari fasilitas pinjaman yang kami terima. Oleh karena itu, risk based pricing ini akan jadi senjata kami untuk tetap kompetitif," ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman Selanjutnya
Kinerja CNAF 2022
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper