Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Konsolidasi Perbankan Bukan Solusi Hadapi Integrasi Asean

Konsolidasi perbankan BUMN dinilai bukan menjadi solusi untuk menghadapi MEA. Sebaliknya, penguatan permodalan bank BUMN dan membuka akses yang lebih luas kepada perbankan nasional untuk ekspansi ke negara Asean menjadi hal yang lebih urgen
KATEGORI Perbankan terbaik Bisnis Indonesia Award 2014
KATEGORI Perbankan terbaik Bisnis Indonesia Award 2014

Bisnis.com, JAKARTA—Konsolidasi perbankan BUMN dinilai bukan menjadi solusi untuk menghadapi MEA. Sebaliknya, penguatan permodalan bank BUMN dan membuka akses yang lebih luas kepada perbankan nasional untuk ekspansi ke negara Asean menjadi hal yang lebih urgen.

Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Gatot M Suwondo mengatakan negara-negara Asean saat ini memandang bisnis bank di Indonesia sangat menjanjikan karena net interest margin/ NIM yang besar dan memiliki cakupan pasar yang luas.

“Menghadapi MEA ukuran bukan segalanya [size is not everything]. Yang penting adalah fundamental keuangan dan kemampuan untuk menguasai pasar. Bank BUMN menurut saya sanggup untuk itu. Poin saya merger bukan solusi,” ujarnya di Jakarta, Selasa (19/8).

Gatot mengatakan negara lain mungkin memiliki bank yang lebih besar dari penggabungan 4 bank BUMN, tetapi mereka tidak memiliki pasar sebesar pasar Tanah Air. Indonesia bakal menjadi pasar yang paling besar dalam konteks MEA sehingga wajar jika dilirik oleh perbankan asing.

Menurutnya, alih-alih mendorong perbankan BUMN untuk merger, pemerintah seharusnya berupaya agar perbankan nasional memiliki akses yang lebih luas untuk ekspansi di luar negeri. Pasalnya, perbankan nasional saat ini masih sulit untuk mengembangkan bisnisnya di luar negeri.

“Untuk persaingan perbankan Indonesia sudah terbiasa. Yang belum ialah bagaimana bersaing di negara tetangga karena negara tetangga menutup diri sehingga resiprokal sangat penting,” jelasnya.

Adapun, data OJK mencatat rerata NIM perbankan Indonesia pada kuartal I/2014 sebesar 4,2%. Rasio itu jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara tetangga lainnya seperti Filipina yang hanya 3,3%, Thailand pada level 2,6%, Malaysia 2,3%, ataupun Singapura yang NIM-nya hanya 1,5%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Thomas Mola
Editor : News Editor
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper