Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi Merosot, LIPI: Jangan Sampai Pemerintah Lempar Handuk

Pengamat Ekonomi LIPI Latif Adam menilai kondisi perdagangan dunia yang sedang melemah memang harus diwaspadai karena penerimaan ekspor yang tidak begitu banyak bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi Indonesia atau membuat volatilitas rupiah.
Ilustrasi./JIBI-Rachman
Ilustrasi./JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA – Pengamat Ekonomi LIPI Latif Adam menilai kondisi perdagangan dunia yang sedang melemah memang harus diwaspadai karena penerimaan ekspor yang tidak begitu banyak bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi Indonesia atau membuat volatilitas rupiah.

Meskipun perdagangan dunia melemah, lanjut Latif, ada negara-negara yang relatif tumbuh cukup bagus seperti India, kawasan Amerika Selatan, Timur Tengah, dan Afrika Barat. Namun, untuk menembus pasar tersebut tentu akan ada banyak tantangan, termasuk kompetisi dengan China yang juga menargetkan pasar yang sama.

Namun, jika Indonesia mampu memenangkan tantangan untuk meningkatkan ekspor ke pasar-pasar baru tersebut, maka sedikit banyak memberi kompensasi terjadinya penurunan permintaan dari pasar utama seperti China maupun Uni Eropa.

“Jangan sampai hal ini membuat pemerintah lempar handuk. Apa pun alasannya peningkatan ekspor diperlukan, dalam konteks mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas rupiah,” katanya, Kamis (17/9/2015).

Di sisi lain, Latif juga menyoroti surplus neraca perdagangan yang terjadi pada Januari – Agustus 2015. Menurutnya, surplus yang terjadi saat ini akibat tingginya penurunan impor daripada ekspor. "Sayangnya kondisi tersebut bukan kabar yang bagus bagi Indonesia."

Menurutnya, saat ini Indonesia memiliki perekonomian yang sangat tergantung terhadap impor. Alasannya, dari total impor yang dilakukan Indonesia, sebagian besar diantaranya merupakan bahan baku dan barang modal yang digunakan untuk mendorong produksi.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, selama Januari – Agustus 2015 impor didominasi oleh bahan baku/penolong dengan kontribusi terhadap total impor sebesar 75,5%. Sementara pangsa pasar barang modal pada periode yang sama mencapai 17,0%. Sisanya sebesar 7,5% merupakan barang konsumsi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper