Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Transformasi Industri Manufaktur Dinilai Jadi Kunci Utama Penyelamatan Nilai Tukar

Transformasi industri manufaktur berorientasi ekspor di dalam negeri menjadi kunci utama dalam mengurangi tekanan dolar AS terhadap rupiah
Ilustrasi kegiatan industri manufaktur/Reuters
Ilustrasi kegiatan industri manufaktur/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA--Transformasi industri manufaktur berorientasi ekspor di dalam negeri menjadi kunci utama dalam mengurangi tekanan dolar AS terhadap rupiah.

Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. Andry Asmoro menuturkan bank sentral sesuai mandatnya hanya dapat melakukan intervensi jika nilai tukar dinilai tidak stabil.

Selain itu, bank sentral dapat mengambil kebijakan dengan menaikkan suku bunga acuannya.

Namun, Andry menambahkan ada satu upaya yang mampu menahan stabilitas nilai tukar dengan sangat baik, yaitu mendorong transformasi industri manufaktur.

"Industri manufaktur agar Indonesia memiliki current account [transaksi berjalan] yang surplus dan sustainable sehingga tekanan terhadap rupiah akan berkurang," tegas Andry kepada Bisnis, Rabu malam (3/5).

Upaya ini bisa dilakukan bersama-sama oleh Bank Indonesia (BI) dan pemerintah. Sekalipun upaya ini memerlukan waktu, Andry menekankan transformasi manufaktur yang berorientasi ekspor harus dilakukan dengan segera. Jika tidak dilakukan, prosesnya akan menjadi lama. "Kalau tidak dilakukan, kita akan begini terus," ujar Andry.

Secara teori, pelebaran defisit transaksi berjalan dan membuat nilai tukar rupiah semakin rentan terhadap tekanan. Dari data Bank Dunia dan BI, Indonesia sepanjang 2017 mengalami defisit sebesar US$17,29 miliar. Sementara itu, negara lain di Asean seperti Thailand dan Vietnam telah membukukan surplus transaksi berjalan pada 2017 sebesar masing-masing US$48,24 miliar dan US$8,24 miliar.

Jika dibedah, penyebab defisit transaksi berjalan Indonesia ada di neraca jasa sebesar US$7,84 miliar.

Namun, defisit neraca pendapatan menjadi 'biang' dari keseluruhan defisit transaksi berjalan sebesar US$28,32 miliar. Dibandingkan Thailand dan Vietnam, defisit di neraca pendapatan Indonesia paling besar.

Satu-satunya yang bisa membantu menghapus defisit dengan optimal adalah penguatan neraca barang Indonesia yang telah surplus di mana surplusnya mencapai US$18,89 miliar pada 2017.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hadijah Alaydrus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper