Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG & Rupiah Kembali Terbebani Ketidakpastian Global Jelang Long Weekend

Kekhawatiran mengenai ketidakpastian global tetap membebani emerging market sekaligus menyeret Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun menjelang libur akhir pekan panjang, Kamis (16/8/2018).
Karyawati berkomunikasi di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (3/7/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Karyawati berkomunikasi di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (3/7/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — Kekhawatiran mengenai ketidakpastian global tetap membebani emerging market sekaligus menyeret Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun menjelang libur akhir pekan panjang, Kamis (16/8/2018).

IHSG ditutup melemah 0,56% atau 32,79 poin di level 5.783,80. Indeks mulai tergelincir ke zona merah setelah dibuka turun 0,49% atau 28,53 poin di level 5.788,06 pagi tadi. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak pada level 5.743,49 – 5.811,62.

Sektor infrastruktur (-1,78%) dan finansial (-1,65%) memimpin pelemahan enam dari sembilan sektor pada IHSG. Tiga sektor lainnya mampu menetap di zona hijau sekaligus membatasi pelemahan IHSG, dipimpin sektor aneka industri yang menguat 1,44%.

Dari 598 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), sebanyak 134 saham menguat, 242 saham melemah, dan 222 saham stagnan.

Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) dan saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM) yang masing-masing turun 4,98% dan 2,33% menjadi penekan utama terhadap pelemahan IHSG hari ini.

Sejalan dengan IHSG, indeks Bisnis 27 berakhir melorot 1,02% atau 5,17 poin di level 502,18, setelah dibuka di zona merah dengan pelemahan 0,76% atau 3,88 poin di posisi 503,47. Sepanjang perdagangan hari ini, indeks Bisnis 27 bergerak pada level 498,26-505,89.

Indeks saham lainnya di Asia Tenggara ikut memerah dengan indeks FTSE Straits Time Singapura (-0,69%), indeks FTSE Malay KLCI (-0,49%), dan indeks PSEi Filipina (-0,31%).

Di Jepang, indeks Topix dan Nikkei 225 masing-masing berakhir melemah 0,64% dan 0,05%.  Indeks Kospi Korsel melemah 0,80%, indeks Hang Seng Hong Kong melemah 0,82%, sedangkan indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China masing-masing ditutup turun 0,66% dan 0,46%.

Secara keseluruhan, bursa saham Asia turun untuk hari kedua berturut-turut di tengah aksi penghindaran risiko oleh para investor seiring dengan berlanjutnya kekhawatiran seputar potensi perlambatan pada emerging market.

Meski mampu mengikis pelemahan yang dialami di awal perdagangan setelah China menyatakan akan mengirimkan delegasinya ke Amerika Serikat (AS) pada akhir Agustus, sebagian besar indeks saham di Asia telah terdampak laporan laba bersih Tencent Holdings Ltd. yang meleset dari perkiraan para analis.

Raksasa teknologi asal China tersebut melaporkan penurunan laba pertamanya dalam hampir 13 tahun. Laporan itu menambah tekanan pada pasar yang telah terbebani indikasi perlambatan ekonomi di China berikut krisis keuangan di Turki.

Per Hammarlund, chief emerging market strategists di SEB, mengatakan kabar bahwa China dan Amerika Serikat akan mengadakan putaran diskusi perdagangan kembali pada Agustus tidak cukup untuk mengangkat sentimen pasar.

“Tren yang telah kita lihat sejak Januari terus berlanjut yakni pertumbuhan yang melambat. Anda memiliki kekhawatiran tentang keberlanjutan utang pada emerging market dan hal itu meredam daya tarik aset berisiko,” katanya, dikutip Reuters.

Rupiah Kembali Loyo

Bersama IHSG, mata uang Garuda juga kembali terbebani sentimen global. Nilai tukar rupiah melemah 16 poin atau 0,11% ke level Rp14.593 per dolar AS, setelah dibuka dengan depresiasi 41 poin atau 0,28% di posisi 14.618 pagi tadi.

Sepanjang perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah bergerak pada level 14.593-14.618 per dolar AS.

Padahal, baik IHSG maupun rupiah mampu rebound dan berakhir menguat pada perdagangan Rabu (15/8), didongkrak keputusan Bank Indonesia (BI) untuk kembali menaikkan suku bunga acuannya.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia 14-15 Agustus 2018 memutuskan untuk menaikkan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps menjadi level 5,50%. Langkah penaikan ini dilancarkan BI untuk yang keempat kalinya sejak Mei.

Dengan demikian, BI telah menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 125 bps dalam sekitar tiga bulan terakhir. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, RDG kali ini diwarnai oleh perkembangan dari pasar global a.l kondisi ekonomi di Turki.

“Gejolak ekonomi Turki tetap menjadi ancaman bagi Indonesia,” ujar Mitul Kotecha, pakar strategi emerging market di TD Securities, dalam risetnya, seperti dikutip Bloomberg. “Masalah yang akan dihadapi BI adalah apabila tekanan tentang [krisis] Turki meningkat, akan sulit bagi rupiah untuk menghindar.”

Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan, BI akan melanjutkan intervensinya dalam pasar selama nilai tukar rupiah tidak sejalan dengan fundamental.

“BI menilai nilai rupiah saat ini tidak sejalan dengan fundamentalnya,” ujar Dody kepada awak media di Jakarta pada Kamis (16/8).

Saham-saham penekan IHSG:

 Kode

(%)

BBRI

-4,98

TLKM

-2,33

BBNI

-4,07

BMRI

-1,47

Saham-saham pendorong IHSG:

Kode

(%)

UNVR

+4,23

ASII

+1,79

TPIA

+3,83

CPIN

+4,38

Sumber: Bloomberg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper