BISNIS.COM, JAKARTA— Bank Indonesia memproyeksi laju inflasi akan bergerak jadi 7,5%-7,8% bila bahan bakar minyak bersubsidi jadi Rp6.000 per liter.
“Kalau BBM solar dan premium satu harga naik Rp1.500 maka inflasi akan bergerak jadi 7,5%-7,8%,” ujar Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution, Rabu (15/3/2013).
Sementara bila terjadi kenaikan harga yang berbeda antara premium dan solar maka BI melihat inflasi akan lebih rendah, meskipun masih di kisaran 7%.
“Jadi pada saat itu terjadi mau tidak mau kami harus me-review. Kalau tidak direspon benar, akan terjadi missleading di sektor keuangan, riilnya,” ujarnya.
Meskipun demikian Darmin mengatakan belum ada kepastian respon apa yang akan diambil oleh bank sentral dalam meredam laju inflasi tersebut. Kebijakan yang akan diambil bank sentral bisa mengubah suku bunga acauan (BI Rate) atau menaikan bunga Fasilitas Simpanan Bank Indonesia (Fasbi).
“Pada saat itu [kenaikan harga BBM] kami akan me-review betul apa Fasbi diubah atau BI Rate, karena kenaikan bisa cukup besar,” ujarnya.
Pemerintah berencana menaikan harga BBM bersubsidi, meskipun belum ada kepastian mengenai skema kenaikan. Beberapa skema itu antara lain premium dan solar dinaikan jadi Rp6.000 dan skema lain premium dinaikan jadi Rp6.500 dan solar jadi Rp5.500 per liter. (ltc)