Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jamsostek: Perlu Sinkronisasi Regulasi untuk Menangkan Persaingan

Bisnis.com, JAKARTA – Jamsostek mendesak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk memimpin sinskronisasi regulasi guna memenangkan persaingan pasar tunggal Asean.

Bisnis.com, JAKARTA – Jamsostek mendesak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk memimpin sinskronisasi regulasi guna memenangkan persaingan pasar tunggal Asean.

Dirut PT Jamsostek Elvyn G. Masassya  menilai  sinkronisasi regulasi itu adalah peluang besar buat asuransi sosial memenangkan persaingan. Terutama dalam memperlakukan tenaga kerja Indonesia di luar negeri.

"Tanpa adanya sinkronisasi regulasi ini sulit kita bisa berkompetisi," ujarnya pada acara Insurance Award dengan tajuk Peluang dan Tantangan Industru Asuransi Dalam Pasar Tunggal Asean yang diselenggarakan Bisnis hari ini, Selasa (8/10/2013).

Elvyn mengungkapkan jika pekerja Indonesia bekerja di Indonesia wajib ikut program Jamsostek. Sementara TKI yang bekerja di luar negeri tidak ada kewajiban mengikuti program Jamsostek.

"Saya menggagas bagaimana agar pekerja kita yang bekerja di luar negeri berhak mendapatkan program Jamsostek," tegasnya.

Elvyn mengungkapkan sinkronisasi kebijakan itu bisa dilakukan secara bilateral dengan negara tujuan. Seperti pekerja Belanda ke Norwegia dikafer asuransi sosial karena memiliki bilateral agreement. Begitu juga dengan Filipina yang sangat aware terhadap pekerjanya menjalin bilateral agreement dengan negara tujuan. Termasuk Singapura. Malaysia, Thailand sudah memiliki bilateral agreement dengan negara tujuan.

"Kita belum meratifikasi UU terkait perlindungan tenaga kerja ke luar negeri," tegasnya.

Terkait kesiapan Jamsostek menghadapi persaingan pasar tunggal Asean, Elvyn sangat optimistis. Dengan aset sebesar Rp145 triliun per September 2013, Jamsostek mampu membukukan hasil investasi sebesar Rp13 triliun. Apalagi kalau digabung dengan Taspen dan Asabri, total asetnya bisa mencapai Rp270 triliun.

Bandingkan dengan total aset asuransi jiwa di Indonesia yang tercatat per September 2013 memiliki aset Rp214 triliun, ternyata hanya membukukan hasil investasi sebesar Rp12 triliun.

"Jadi ini adalah potensi yang besar, kenapa asuransi sosial tidak di touch secara optimal," tegasnya.

Elvyn optimistis dalam empat tahun ke depan dana kelolaan Jamsostek bisa mencapai Rp417 triliun. Bandingkan dengan aset Bank Mandiri yang mencapai Rp600 triliun, terdiri dari kas dan pinjaman.

"Kalau dana kelolaan kita kas semua, jauh lebih prospektif," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Djony Edward
Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper