Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian BUMN segera membentuk holding perusahaan asuransi umum yang rencananya akan didorong menjadi perusahaan terbuka secara bertahap.
Gatot Trihargo, Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Survei dan Konsultasi mengatakan pembentukan holding bertujuan meningkatkan kapasitas bisnis dan memfokuskan spesialisasi masing-masing perusahaan.
Rencananya, holding tersebut akan diisi minimal empat perusahaan dengan pembentukan pimpinan holding baru, bukan ditunjuk dari salah satu perusahaan.
“Bisa nanti bentuknya Tbk. [Perusahaan terbuka]. Akan lebih baik untuk bisnisnya. Tapi ini prosesnya masih panjang," katanya.
Saat ini, Gatot mengatakan BUMN asuransi umum cenderung menjual asuransi di semua segmen. Nantinya, dia mengatakan pihaknya akan memfokuskan spesialisasi perusahaan yang akan menjual produk ritel dan corporate.
Dengan pembentukan holding, Gatot menargetkan kontribusi BUMN asuransi umum terhadap pangsa pasar mencapai 45-50%. Saat ini, pangsa pasar BUMN asuransi umum baru mencapai 20%.
Dia menargetkan holding tersebut dapat beroperasi penuh maksimal hingga 2018, sesuai dengan rencana peta jalan yang disiapkan Kementerian BUMN.
Dengan regulasi itu, perusahaan asuransi umum yang dipastikan bergabung dalam holding adalah PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) dan PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo).
Adapun, pihaknya mempertimbangkan anak usaha BUMN berbentuk asuransi juga dimasukkan kedalam holding itu. Salah satunya, anak usaha Pertamina, yakni PT Tugu Pratama Indonesia (TPI).
“Juga [Asuransi] Asei, bisa dipertimbangkan untuk masuk ke holding ini. Nanti akan kami pertajam,” katanya.
Terkait modal, Gatot mengatakan holding dapat memanfaatkan recurring income dari masing-masing perusahaan asuransi atau menggunakan skema mandatory convertible bonds (MBC] dari sejumlah perusahaan asuransi yang berdiri sendiri tanpa holding (stand alone).
Gatot mengatakan sejumlah perusahaan yang dapat melakukan MCB antara lain PT Asabri, Perum Jamkrindo, PT Jasa Raharja,PT Taspen dan BUMN industri keuangan non bank lainnya yang stand alone.
"Jadi tidak ada suntik modal karena kami mengutamakan efisiensi. Nah free cash dari perusahaan stand alone bisa jadi sumber ekuitas," ujarnya.