Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Begini Cara PM India Rayu Investor di World Economic Forum

Perdana Menteri India Narendra Modi memanfaatkan kesempatannya dalam sesi pembukaan World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss, untuk menarik investor global menanamkan modal di negara berkekuatan ekonomi terbesar ketiga Asia tersebut.
Perdana Menteri India Narendra Modi/REUTERS
Perdana Menteri India Narendra Modi/REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA – Perdana Menteri India Narendra Modi memanfaatkan kesempatannya dalam sesi pembukaan World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss, untuk menarik investor global menanamkan modal di negara berkekuatan ekonomi terbesar ketiga Asia tersebut.

“India berupaya mencapai nilai ekonomi sebesar US$5 triliun pada 2025,” kata Modi dalam pernyataannya di Davos pada Selasa (23/1/2018).

Dia menegaskan bahwa India menyingkirkan segala prosedur dan birokrasi berbelit-belit (red tape) yang kerap dinilai menghambat bisnis dan secara terbuka menyambut para investor global.

“Hampir semua bidang ekonomi kami telah dibuka untuk investasi langsung luar negeri (foreign direct investment). Lebih dari 1.400 undang-undang lama yang menjadi hambatan dalam berbisnis telah dihapuskan dalam tiga tahun terakhir,” terang Modi, seperti dikutip Bloomberg, Rabu (24/1/2018).

Modi menjadi ujung tombak upaya untuk menarik investasi asing guna memulai pertumbuhan ekonomi India yang diperkirakan akan berekspansi dengan laju paling lambat sejak 2014 tahun ini.

Bulan ini, pemerintahannya mengurangi pembatasan untuk investasi langsung luar negeri pada beberapa sektor, termasuk ritel merek tunggal, broker real estat, dan power exchanges. Modi mengizinkan perusahaan penerbangan luar negeri untuk berinvestasi pada perusahaan penerbangan milik negara, Air India Ltd.

Sebelumnya, Modi telah melonggarkan aturan investasi di bidang pertahanan, konstruksi, asuransi, pensiun, dan sektor lainnya sehingga menghasilkan arus masuk investasi asing tertinggi sepanjang tahun yang berakhir pada Maret 2017. Dalam pembukaan WEF itu, Modi juga mengingatkan mengenai menyusutnya globalisasi saat ini.

“Meskipun semua orang berbicara tentang dunia yang saling terkait, kita harus menerima bahwa globalisasi perlahan-lahan kehilangan gemerlapnya. Kesepakatan perdagangan mulai mandek. Pertumbuhan dalam rantai pasokan global juga telah berhenti,” ujarnya.

Pernyataannya tersebut muncul tak lama setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memutuskan untuk mengenakan bea masuk pada impor panel surya dan mesin cuci.

Ini adalah langkah proteksionis penting pertama Trump guna melindungi kepentingan para produsen AS. Trump sendiring dijadwalkan untuk menyampaikan pernyataannya di World Economic Forum pada hari Jumat (26/1).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper