Bisnis.com, JAKARTA - Bank Pacific pada tahun 1997. Kondisinya begitu pelik. Mereka menanggung beban yang sangat sulit untuk diselesaikan. Yakni, berhutang kepada sejumlah pihak dengan total hingga Rp2 triliun.
Banyak analisis beredar yang menjelaskan mengapa bank milik keluarga Sutowo itu berada dalam kondisi sulit.
Salah manajemen hingga intervensi dari keluarga, khususnya anak kedua Ibnu Sutowo, Endang Utari, terlalu berlebihan, adalah beberapa analisis tersebut. Maksud intervensi tadi adalah, Endang kerap menggunakan uang bank untuk bisnis-bisnis lainnya yang kemudian mangkrak.
Entah apa penyebab utamanya, yang pasti, kondisi Bank Pacific pada awal 1997 itu berada pada titik nadir. Sebagian berpendapat, bank tersebut laik disuntik mati. Namun, ada pula yang percaya bahwa bank itu bisa dan mampu diselamatkan.
Bagi yang berpikiran positif tersebut, terbesitlah dua nama penting di negeri ini. Yang pertama putri dari orang nomor satu di Indonesia, Presiden Soeharto, yaitu Siti Hediati Prabowo, akrab disapa Titi Prabowo—kini lebih populer dengan sebutan Titiek Soeharto.
Dan kedua, konglomerat papan atas Indonesia dalam beberapa dekade terakhir, Aburizal Bakrie. Kedua orang itu berniat menyelamatkan Bank Pacific dari kebangkrutan.